Catatan Zulfadlie Kawom: Perkembangan Musik Di Aceh

Essay berikut adalah sebuah tulisan yang kami ambil dari Facebook Notes milik salah seorang penggiat dan pengamat kesenian dan kebudayaan di Aceh,  Zulfadlie Kawom yang ditulisnya pada tanggal 22 Desember 2009. Walaupun catatan ini sudah lama, beberapa fakta mengenai  kondisi musik dan musisi di Aceh, serta sepak terjangnya, merupakan sebuah catatan sejarah yang bisa menjadi referensi bagi penulisan-penulisan mengenai musik Aceh di kemudian hari. Redaksi memutuskan untuk memuat dan menyajikannya untuk anda setelah mendapatkan izin dari beliau.

Zulfadlie Kawom

Perkembangan Musik Di Aceh

by Zulfadlie Kawom (Notes) on Tuesday, December 22, 2009 at 8:14pm

Bahwa banyak jenis musik yang sekarang sedang berkembang di dunia. Dari mulai musik yang bertemakan melankolis (sendu) , ballad, blues, jazz, rock dan malah sampai musik cadas sekalipun seperti musik-musik Underground. Nah Jenis musik ini juga telah mempengaruhi musik-musik yang ada di nanggroe Aceh sendiri. Kita bisa melihat akhir-akhir ini, bagaimana perkembangan musik Aceh yang maju dengan pesatnya. Hampir setiap bulan, bahkan minggunya bermunculan penyanyi dan group musik dan album baru dari seniman-seniman Aceh yang tak bisa di pungkiri bahwa musik apapun yang dibawakan oleh musisi musisi Aceh tersebut memiliki fans dan juga ciri khas tersendiri.

“…musik apapun yang dibawakan oleh musisi-musisi Aceh tersebut memiliki fans dan juga ciri khas tersendiri.”

 Banyak sudah musisi Aceh dari dulu sampai sekarang yang sudah terkenal secara nasional maupun internasional seperti:

Musik Pop

Teuku Djohan dan beberapa musisi lainya yang seangkatan dengan beliau yang sering disebut sebagai bapak seniman Aceh yang banyak menciptakan lagu – lagu aceh yang terkenal bahkan sudah sangat kental dalam pendengaran kita seperti lagu Bungong Jeumpa, Bungong Seulanga, dll.

Perkembangan Musik Rock Aceh

Musik Rock juga sangat besar pengaruh di Aceh. Pada tahun 80-an sampai 90-an kita mengenal kelompok Band Mollusca yang dimotori oleh Iyan dkk, kelompok musik ini sering membawakan lagu -lagu ciptaan sendiri dan lagu -lagu Rock Metal dunia seperti Pantera, Sepultura, Metalica dan beberapa lagu lagu musisi rock dunia lainnya.

Metazone ,sebelumnya dikenal sebagai Band Dolog (Adek dan Aduen dari De Logas, Deddy dari Fak. Ekonomi Band, Bonan dari Galaxi, dan Pinem dari Mollusca-Red) kemudian berganti nama menjadi Black Power, merupakan saingan ketat Mollusca dalam kancah musik Rock di Aceh, dan juga memiliki ciri khas tersendiri dalam memainkan dunia musik Rock tersebut. Kelompok musik ini sangat terkenal dengan lagu Gadis Lugu Perawan Desa, lagu ini pernah menjadi hit di stasiun Televisi daerah. Metazone juga pernah menjadi Raja Music Sumatra dan ini terbukti saat mereka mendapatkan prestasi urutan ke 3 dalam pentas Festival Music Nasional Logg Zhelebour yang di adakan di Surabaya di tahun 94 yang lalu. Serta Drumernya yaitu Dedek Metazone meraih peredikat sebagai Drumer terbaik.

Aceh Rock Band (ARB), juga merupakan kelompok band besar di Aceh. Group Musik asal Kuala Simpang ini pernah juga mengikuti festival musik Nasional Log Zhelebour dengan membawakan lagu Rock Metal dengan judul “Manusia” dan menyabet juara favorit pada Festival Rock Versi Log Zhelebour VII dan lagu mereka direkam dalam Album Festival Rock Se-Indonesia VII Versi Log Zhelebour di Stadion Mandala Krida Djogjakarta pada tahun 1993. Group yang digawangi Dzakirov, Zakaria (Vocalis gaek asal Krueng Mane, Aceh Utara) ini juga tidak kalah menarik. Kemudian setelah perjanjian damai mereka merilis Album Aceh bertajuk “Si Gam Aneuk Meutuah

Masih di Aceh Timur, Langsa juga punya segudang musisi rock salah satunya Plincore adalah salah satu dari sekian kelompok musik cadas yang pernah masuk dalam album METALIK KLIK II dengan membawakan lagu ciptaan mereka yang berjudul Sangkakala. Group yang dimotori oleh Pak Roy (vokalis) yang juga pegawai pemda Aceh Timur. Selain di Aceh, kelompok musik asal Langsa ini juga sangat terkenal di Sumatra Utara.

Selain itu masih banyak group-group Rock lain yang bertebaran diseluruh Aceh, diantara Roxxy dari Kuala Simpang, Sandys Band dari Lhokseumwe. Pada medio 90-an,pada tahun 2000-an, Group-group Rock Bermunculan bak jamur di musim hujan di Aceh, perkembagan sangat pesat, ada yang menjadi juara pada beberpa Festival Siblonk Sumatera Utara -Medan dan Festival Rock Djarum Super dan A Mild Production, sebut saja Natural Band, group Rock Asal Lhokseumawe yang beberapa kali menjuarai Festival Music Siblonk dan finalis Asian Beat Music Festival YAMAHA, yang sering diliput Media Sumut diantaranya WASPADA, dan sangat jarang diberitkan oleh media lokal. Kemudian Kaliber Lhokseumawe yang juga beberapa kali masuk final beberapa event Rock Setingkat Sumatera dan Nasional (Band UKM Seni dan Budaya Univ Malikussaleh), yang juga mempunyai beberapa lagu ciptaan sendiri.

Era Slow Rock

Tahun 90-an Slow Rock atau Classic Rock mewabah,yang pertama mengusung aliran musik ini adalah Chesby Kaum. Kita dapat lihat pada sampul kasetnya Bertajuk “Album Slow Rock Aceh Gaseeh lam Reugam”, bisa dikatakan Chesby Kaum-lah yang pertama-tama mengusung aliran music Slow Rock Aceh pertama di Nanggroe. Album yang di arransmen oleh Harry Anggoman; musisi yang kemudian bergabung dengan Group Musik Gong 2000 ini, juga ada Johanes Purba musisi asal Sumatera Utara yang turut mewarnai “Album Slow Aceh” Chesby Kaum. Chesby Kaum adalah musisi dan aktris yang lahir dari Meunasah Meugit Samalanga – Bireun saat ini bermukim di Malaysia, dia juga sempat mengeluarkan beberapa album Campuran seperti “Sumpah Yang Mameeh” dan terakhir “Peulagi Lam Pangkee”.  Chesby juga mendirikan Kumpulan Musik Khatulistiwa, Band Cadas Asal Singapura yang berjudul “Langkahku” pada era Rock Kapak di Malaysia. Saat ini dia sedang mempersiapkan “Best of The Best Chesby Kaum” dan juga sedang mempersiapkan Album Berbahasa Melayu di Bandung, ketika dikonfirmasi bebrapa waktu lalu via HP (tulisan ini dibuat pada tanggal 22 Desember 2009 – Red).

Bob Rizal juga sempat mewarnai Slow Rock Aceh, hanya satu Album yaitu Karam Lam Dada. Musisi yang sudah almarhum pada tahun 2006 asal Lhokseumawe ini jug terkenal dan punya fans sendiri di semenanjung Malaysia dengan judul lagunya “Elegi Rinduku “ produksi EMI yang sempat hit dan di putar di beberapa Radio Malaysia, kemudian redup setelah kemunculan Amy Search dan Saleem IKLIM.

Era Kolaborasi Etnic dan Modern

Kelompok musik NYAWONG, yang sangat terkenal dengan album NYAWONG-nya. Album NYAWONG adalah album yang menceritakan tentang Heroisme perjuangan pahlawan-pahlawan Aceh dalam menghadapi penjajah manapun. Group yang digawangi oleh Almarhum Muklis dan Cut Aja merupakan Group pelopor Etnic yang berani meramu konsep musik tradisional aceh dan dengan alat music modern. Group iniu juga menjadi cikal bakal dan referensi bagi musisi music etnis lain di aceh, karena mereka tampil beda dan melawan tradisi musik keybord yang di sedang di usung penyanyi dan artis Restu Record pada masa itu. Sebuah Group yang di pelopori oleh Jauhari Samalanga ini hanya bisa melahirkan satu Album. Disini juga berkumpul musisi kelas atas aceh seperti Dedi Metazone dan Moritza Thaher (Momo).

 Kemudian tak lama berselang beberapa tahun tampillah kelompok musik KANDE. Yang di gawangi Rafly dengan Album “Asai Nanggroe” dan juga menjadi inspirasi musisi muda lain di Nanggroe. Lagu Seulanga mereka sempat menghiasi layar kaca METRO TV sebagai lagu pengiring dalam acara liputan Indonesia Menangis yang menyiarkan berita – berita tentang keadaan aceh pasca tsunami beberapa waktu yang lalu.

Beberapa kelompok band terbaru yang akhir akhir ini sangat terkenal dikalangan musisi aceh dan juga Sumatera utara seperti Vankreas Band dan Maggot band yang merupakan bagian terkecil dari sekian banyak band-band asal Aceh yang sampai saat ini masih tetap exist membawakan musik cadas yang menggabungkan antara musik Metal dengan Etnich Aceh. Lagu mereka berjudul Ampon.

Masih banyak lagi musisi musisi aceh misalnya Cupa Band, Bidjeeh Band, Liza Aulia, Seuramoe Reggae dan lain-lain yang mungkin (belum bisa) dibahas satu-satu namun keberadaan mereka telah menghiasi dunia musik aceh saat ini.

Musik Aceh tak akan pernah mati, apalagi setelah didera konfilk dan bencana tsunami, tentu akan banyak karya yang tercipta sesuai dengan kondisi yang dihadapi rakyat aceh dan seniman aceh sendiri. Mungkin inilah sedikit ungkapan bijak bagi seniman musik dan juga musisi diaceh. Kita dapat melihat akhir-akhir ini, banyak seniman – seniman aceh yang memainkan jenis musik modern, tetapi selalu memasukkan jenis alat musik khas Aceh sebagai pelengkap dari jenis musik yang mereka mainkan. Dan jenis musik ini biasanya di sebut Musik Etnic. Music Etnic ini tidak hanya di mainkan beriringan dengan musik rock atau metal, tetapi juga musi ini mampu masuk kedalam jenis musik dangdut, reggae, ballad dan juga music Disco sekalipun.

“Musik Aceh tak akan pernah mati…”

Lalu apa keunikan dari jenis music etnic ini. Keunikannya yaitu dimana musisi musisi Aceh mampu menggabungkan antara jenis musik dunia seperti Rock Metal, Disco, Reggae, Dangdut dan juga Slow Rock dengan music khas Aceh. Alat- alat musik khas Aceh dimainkan dan juga dipergunakan dalam membawakan jenis musik tersebut, sehingga menciptakan jenis musik yang lebih hidup dan lebih semarak di bandingkan dengan jenis musik aslinya.

“Alat-alat musik khas Aceh dimainkan dan juga dipergunakan dalam membawakan jenis musik tersebut, sehingga menciptakan jenis musik yang lebih hidup dan lebih semarak di bandingkan dengan jenis musik aslinya.”

Kalau kita mau melihat secara jeli dan mau kembali ke masa lalu, jenis musik Aceh aslinya dalah terdiri dari beberapa alat musik khas Acheh seperti : Rapai, Geundrang dan Seurunee Kale. Kalau mau dengar yang pure music dan voice Aceh bisa di kaset World Music Aceh – Joe Project (Jauhari Samalanga) yang dibawakan oleh Marzuki Hasan atau lebih dikenal dengan sebutan pak Uki.

Facebook Comments

2 thoughts on “Catatan Zulfadlie Kawom: Perkembangan Musik Di Aceh

  • June 21, 2014 at 9:11 am
    Permalink

    Asslmlkm para musisi aceh… kita MUSIKKLOPmp3"ata geutanyoe", sedang mempersiapkan sebuah wadah khusus untuk membantu mempromisikan karya musik anak Aceh dalam bentuk format mp3. " persiapkan karya terbaik kalian hip hop,reggae, slowrock,rock,pop,tradisi dll*".

    Reply
  • May 17, 2018 at 8:20 pm
    Permalink

    Ternyata banyak seniman dari Aceh yang genius dan banyak menghasilkan karya – karyanya

    Reply

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: