Hangat dan Penuh Kebersamaan: GMA Guitarists Day October 2012

by: Joe D’Angel

Jam tanganku sudah menunjukkan pukul 19:30, namun Taxi L300 yang kutumpangi dari Lamno belum sampai-sampai juga ke Haba Cafe yang menjadi tujuanku malam ini. Malam ini sangat penting bagiku, teman-teman dari GMA (Gabungan Musisi Aceh) dan Komgit akan menggelar acara GMA Guitarists Day. Dan aku ingin turut menjadi bagian dari kegembiraan dan kebersamaan di dalam  acara yang juga akan menjadi tempat pendeklarasian Komunitas Gitar Aceh, dimana aku adalah salah satu anggotanya.

Akhirnya, pukul 20:15 Bang Din supir L300 langgananku menghentikan kenderaannya di depan Haba Cafe. Dari jauh terlihat beberapa teman Komgit sedang sibuk mempersiapkan diri di samping panggung, dan beberapa abang-abang gitaris senior sedang berbincang-bincang dan tertawa di sisi panggung yang lain.

Affandy Evandrean, ketua Komgit menyambutku dan menanyakan kabar perjalananku, yang kujawab sambil memberi Hi-Five tanda kegiranganku berhasil sampai sebelum acara dimulai.

Perlu kusampaikan bahwa suasana  malam itu mulai ramai dan bising dengan riuh rendah canda pengunjung Haba Cafe yang tidak sabar menanti acara dimulai.

Tepat pukul 20:30, MC – yang kemudian aku tahu namanya bernama MJ Eric Setiawan – naik ke atas panggung dan mengucapkan salam. Abang MC kita ini kelihatan sangat bersemangat dan membawakan acara dengan gaya seorang announcer pertandingan tinju. Hahahaha….

MC Erick memanggil gitaris pertama untuk acara malam itu, Andi Munandar, yang tampil bersama rekan-rekan dari Eleven Studio. Bang Erick sempat bercanda dengan mengatakan: “Inilah dia gitaris yang sangat berbobot…!” Hahahaha, tentu yang dimaksudkan dengan berbobot adalah tubuh Andi yang memang gempal dan besar. Gitaris yang baru selesai studi-nya di Padang ini membawakan sebuah komposisi ciptaan sendiri yang ber-genre metal. Wow! Keren banget, penonton pun bertepuk tangan ketika dia memainkan lick-lick yang rumit dan cepat.

Selesai Andi, MC Erick memanggil dua orang sahabatku, Azed dan Wonk yang tampil bersama bandnya My’O’Nice. Penonton tiba-tiba terbahak ketika gambar yang muncul di layar proyektor raksasa menampilkan foto profil Azed yang sedang bergaya memainkan sapu sebagai gitar…. Hahahaha, aku pun ikut tergelak hingga sakit perutku. Azed dan Wonk bermain apik dengan komposisi ciptaan mereka sendiri yang berjudul My’O’Nice Theme. Pemain bass senior Tebonk Muntazier yang tiba-tiba jadi MC dadakan naik ke atas panggung dan memberi pujian terhadap komposisi ciptaan Azed dan Wonk. Aku pun turut bangga!

Azed My’O’Nice

Tanpa dipanggil, tiba-tiba Erfan Rocha Casta naik sendirian ke atas panggung. Gitaris yang didalam komunitas gitar Aceh dikenal sebagai pelawak ini langsung menarik perhatian penonton. Dia terpaku di depan microphone selama semenit tanpa mengucapkan sepatah kata apa pun, sementara penonton berteriak-teriak mencoba memancing gitaris ini untuk segera beraksi. Reaksi yang ditampilkannya adalah tetap diam dengan muka  sangak dan orang-orang pun mulai tertawa-tawa. Akhirnya Erfan berteriak “Alright!” dan backing track lagu Highway Star dari grup rock lawas Deep Purple pun bergema di speaker yang disediakan oleh FAM Studio malam itu. Penonton bertepuk tangan dan Erfan mulai beraksi. Setiap inchi panggung dijelajahinya dengan muka yang lucu dan riang. Hingga akhirnya Erfan melakukan solo gitar dengan turun dari panggung dan beraksi di hadapan penonton yang tak henti-hentinya tertawa melihat body and facial language-nya yang kocak. Hahaha… aku yakin, aksi panggung Ervan malam ini tidak akan mendapatkan saingan! Keyakinanku pun diperkuat pernyataan Bang Deden – Sekjen GMA – di atas panggung,  yang mengatakan: “Nyoe meunyoe lon peutamoeng jih lam rekor Muri hana salah, sebab CIT sidro ureung yang maen gitar lagee nyoe!

Erfan Rocha Casta

MC Erick naik ke atas panggung dan memanggil Hamim, gitaris band metalcore yang lumayan terkenal di Banda Aceh, Clown Nangggroe. Dia tampil sendiri diiringi dengan backing track yang kabarnya adalah salah satu materi yang akan muncul di album ketiga mereka yang akan terbit tahun depan. Dia memamerkan teknik picking down-stroke yang digunakannya dalam memainkan rhythm dan riff-riff metal yang sangat rumit.

Setelah Hamim, MC kita bang Erick alias Nopi Torrent naik ke panggung bersama bang Tebonk. Mereka memanggil Affandy Evandrean dan memperkenalkan dirinya sebagai ketua Komgit. Fandy berbicara mengenai keberadaan Komunitas Gitar Aceh dan mengajak  penonton untuk bersama-sama ikut memajukan musik di Aceh dengan bergabung bersama GMA dan Komgit. Dia juga mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada GMA dan Indonesian Drummers-Aceh (IDA) yang malam itu telah bekerja sebagai panitia dan EO acara Guitarists Day. Penonton bertepuk tangan dan bahkan ada yang bersuit-suit. Beberapa drummer yang kukenal dan menjadi panitia seperti Bang Roy (Maggot), Een (Audio Jahad), Apit dan Deden Kecil (session) ikut bertepuk tangan dan terharu.

FAndyKomgit

Lagu Glasgow Kiss milik John Petrucci mulai terdengar, Fandy pun mulai bermain dan menampilkan skill ciamiknya seakan-akan memang John Petrucci lah yang muncul di atas panggung.  Penonton bersorak dan bertepuk tangan usai Fandy menyelesaikan permainannya.

Kemudian MC Erick memanggil dua orang gitaris dari band Capetown, Ricky Qnoy dan Acha. Muncul di panggung dengan rig yang sangat canggih, mereka berdua tampil bersama bandnya dan membawakan sebuah instrumental yang sedikit asing bagiku. Penampilan yang sangat prima! Susah bisa mendapatkan sound yang unik dan keren seperti mereka. Senang bisa melihat langsung aksi duo gitaris yang memang sangat terkenal di Banda Aceh ini.

Usai bermain, Tebonk memberi pertanyaan kepada Ricky mengenai teknik-teknik yang dimainkannya tadi. Dia menjelaskan dengan sedikit bercanda, dan ditimpali dengan canda dari bang Deden.

MC Erick kembali naik ke panggung dan memanggil Muttaqin Assyura, gitaris dari kelompok VellaRocka. Dia mengatakan bahwa Taqin adalah Gitaris Terganteng 2011 se-kecamatan Baiturahman, dan penonton-penonton cewek berseru dan berteriak girang. Bahkan temanku di Komgit Ansri Handayani yang malam itu bertindak sebagai fotografer bersama Bastera  tidak henti-hentinya mengambil foto Muttaqin. Taqin bersama bandnya memainkan sebuah instrumental dari Jack Thamarrat yang bergenre fusion. Terlihat banyak gitaris terpesona melihat lick-lick yang dimainkan Taqin.

Tiba-tiba bang Deden naik ke atas panggung dan menyambar microphone, dia mengabarkan bahwa ketua GMA bang Mahfud tidak dapat hadir dikarenakan hari itu, 20 Oktober 2012 putra sulungnya lahir. Penonton pun bertepuk tangan dan ada yang mengucapkan selamat. Pantas, dari tadi Bang Mahfud tidak kelihatan di sekitar arena. Selamat Bang Mahfud atas kelahiran anak pertamanya!

Bang Deden pun melanjutkan pidatonya yang menjelaskan tentang GMA. Salah satu yang teringat olehku adalah teman-teman yang bergabung di GMA mempunyai keinginan untuk menghilangkan paradigma yang berkembang di masyarakat mengenai kehidupan musisi yang selalu dekat dengan hura-hura dan  hedonis. Oleh karena itu, event-event yang dibuat oleh GMA akan selalu dibarengi dengan kegiatan edukasi dan sosial.

MC Erick naik ke pentas dan bercanda dengan Bang Deden. Lalu dia mengumumkan bahwa gitaris yang akan tampil selanjutnya adalah Iqbal Apex. Gitaris yang dulunya bermain bersama band Line-out ini menampilkan sebuah lagu dari kelompok Slank. Penonton bersorak-sorai. Iqbal memang dikenal sebagai salah satu gitaris muda yang sangat bersinar, terutama permainan blues nya yang sangat terkenal. Kesempatan untuk mengajukan pertanyaan tidak disia-siakan oleh bang Tebonk setelah Iqbal selesai bermain. Dia menanyakan mengenai perbedaan rhythm blues dan rock n’ roll. Iqbal menjelaskan sambil mempraktekkan apa yang telah dijelaskannya.

Penampilan berikutnya adalah gitaris Diary in Memory, Sahar. Bersama band nya dia naik ke panggung dan membawakan sebuah instrumental pop rock yang tidak kukenal. Kemudian kuketahui ternyata mereka membawakan lagu yang dikarang di dalam perjalanan kembali ke Banda Aceh setelah kelompok DiM bermain di Beureuneun pada pagi harinya.

Pukul 22:30 pas, MC Erick memanggil peserta terakhir yang memang rupanya sangat ditunggu oleh sebagian pengunjung Haba Cafe, Duet bang Iwan Kadal dan bang Iwan Dagu. Dua orang gitaris senior ini naik ke panggung bersama pemain bass senior bang Ulis dan drummer senior bang Deddy Mulia. Tidak hanya itu, mereka didampingi salah satu vokalis rock top Aceh yang berasal dari Kuala Simpang, bang Tompel! Mereka memainkan lagu-lagu classic rock yang memang mendapatkan banyak tepuk tangan dari penonton. Beberapa teman-teman dari Komgit berbisik-bisik dan menunjuk-nunjuk ke arah bang Wan Kadal dan Wan Dagu ketika mereka memainkan solo-solo gitarnya. Keren! sangat keren. Kalau tidak ada acara ini, mungkin kami para gitaris muda tidak kenal siapa mereka. Sungguh aku sangat terkesan dengan kedua abang-abang gitaris ini. Sebagai penampil utama, mereka diberi kesempatan memainkan lagu lebih banyak dari gitaris lain. Setelah lagu ketiga, mereka pamit. Namun penonton, panitia dan para gitaris yang telah duluan tampil meminta mereka untuk lanjut bermain. Tepuk tangan dan teriakan “tambuh” bergema malam itu. Bang Tompel pun akhirnya mengambil gitar dan memainkan sendiri dua buah lagu terakhir. Wow, ternyata dia sangat mahir  bermain gitar juga. Penonton bertepuktangan tanpa henti. Betul-betul meriah dan megah penampilan Bang Wan Kadal cs.

Iwan Kadal, Ulis, Tompel, Iwan Dagu, Deddy Mulia (drum)

Usai sudah acara GMA Guitarists Day Oktober 2012, semua kawan-kawan senang, penonton pun senang. Kami akhirnya punya kesempatan untuk unjuk gigi di hadapan para senior kami. Suasana terasa sangat akrab ketika kami berfoto bareng dan bersalam-salaman. Kelelahan yang kurasakan selama perjalanan ku dari Lamno, akhirnya terbayar sudah. Kepuasan yang kudapatkan membuatku tidak sabar untuk bisa ikut serta di seri GMA Guitarists Day berikutnya bulan Januari 2013.

Penghargaan dan pujian yang besar harus kita sampaikan untuk Indonesian Drummers-Aceh (IDA), Departemen Produksi dan Departemen Edukasi GMA yang sudah bekerja sehingga acara ini sukses. Terutama Bang Roy Maggot yang menjadi Koordinator dan Deden Kecil sebagai ketua panitia. Dan juga dukungan dari FAM Studio bersama Tango Musik untuk sound system mereka yang bagus. Ucapan terima kasih patut kita sampaikan juga kepada Haba Cafe bersama Roy Style yang telah memberi fasilitas tempat dan alat, Atjehpost dan Atjeh Times, bang Aan dari Percetakan Asyraf, dan  Pemerintah Kota Banda Aceh melalui Dinas Parawisata dan Kebudayaan yang telah memberi bantuan  sehingga acara tersebut sukses dan meriah.

Maju terus GMA! Maju terus Komgit dan IDA! Maju terus musisi Aceh! 

Lamno, 5 November 2012

Joe D’Angel (kiri), Wonk (kanan)
Facebook Comments

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: