Mengenal Alat Musik “GEUNDRANG”
Redaksi acehmusician.org tergerak untuk menggali kembali khazanah musik tradisi Aceh, baik yang telah berumur ratusan tahun, maupun yang baru berusia puluhan tahun tetapi sudah dianggap sebagai sesuatu yang “khas Aceh”. Kami bertekad untuk memperkenalkannya kembali ke masyarakat dengan harapan bisa menyegarkan kembali memori mereka yang sudah pernah tahu atau kenal, dan atau bisa memberi informasi kepada mereka yang tidak familiar dengan khazanah musik tradisi Aceh, terutama para generasi muda dan masyarakat pencinta seni dari luar Aceh (baca: Menggali Khazanah Musik Aceh: Sebuah Kata Pengantar).
“Gendrang” atau “Geundrang” adalah alat musik perkusi tradisional Aceh yang termasuk dalam keluarga two-headed drum/double-headed drum. Kata “Geundrang” mempunyai sinonim dengan kata “Genderang“, dan mempunyai kesamaan dengan beberapa instrumen sejenis di Nusantara seperti Kendang (Sunda), Khendhang (Jawa), Gendang (Melayu), dan Gandang (Melayu Filipina). Bedanya di ukuran kerangka (frame) atau bodynya, serta cara bermainnya.
Geundrang mempunyai double-membrane (kulit) kiri dan kanan dengan body atau frame lebih panjang dibanding dengan jenis Geundrang lainnya. Mempunyai berbagai macam ukuran dan bentuk serta digunakan untuk upacara-upacara, baik keagamaan, tarian, nyanyian, upacara resmi dan upacara lainnya.
Menurut catatan yang didapatkan kemungkinan telah ada sejak Aceh zaman Hindu dan mirip dengan instrumen Dhol yang berasal dari India, atau diduga juga datang ke Aceh lewat pedagang Islam dari Gujarat akhir abad ke XI.
Instrumen sejenis Geundrang telah ada sejak zaman neolitikum yang dibuktikan dengan ditemukannya serangkaian alat Geundrang peninggalan kebudayaan Mesopotamia (Lembah Ur) yang berasal dari tahun 3000 SM , dan terdapat beberapa relief patung alat musik ini di India bertarikh 2000 tahun yang lampau.
Di Aceh, Geundrang dapat dijumpai di daerah Aceh Besar dan pesisir lain seperti Pidie dan Aceh Utara, dan dimainkan secara ensemble dengan alat musik serune kalee dan rapai.
Cara Pembuatan
Geundrang biasanya dibuat dari sepotong batang kayu keupula (tanjung) atau nangka yang besar dan cukup tua, lalu dilobangi berbentuk silinder atau dikorek sedemikian rupa sehingga berbentuk seperti sebuah tong (barrel) yang bulat atau rounded-hollow-shaped. Pada setiap sisi kelawang (body-nya) diberi kulit kambing atau kulit sapi yang telah ditipiskan dengan menggunakan buloh (sejenis bambu). Geundrang dari bahan kayu kepula (tanjung) akan lebih nyaring dari bahan kayu batang nangka.
Pada masing-masing permukaan lingkarannya (kiri dan kanan) yang diberi membran itu, terdapat ring (hoop) dari rotan melingkari bodinya. Untuk tuning suara, kedua kulit Geundrang tadi dikencangkan dengan memakai tali dari kulit yang menghubungkan antara kulit Geundrang yang satu dengan yang lainnya lewat ring yang ada.
Ukuran panjang body Geundrang ± 50 cm, garis tengah bulatan kulit sebelah kanan ± 28 cm dan kiri 35 cm. Sebuah stick (baguettes) dibuat dari batang kayu kemuneng berukuran panjang 33 cm dengan bagian kepala yang membengkok dengan panjang lebih kurang 6 cm, lebar ± 2 cm. Untuk memudahkan dalam membawanya diberi tali penyandang (strap) sehingga dapat digantungkan di bahu. Bahan tali dapat dibuat dari kain atau kulit.
Cara Memainkan
Geundrang tidak mempunyai tangga nada, dan warna suaranya tergantung dari kencangnya tarikan kulit. Bisa dimainkan dengan posisi duduk bersila atau berdiri/berjalan mengikuti pawai, dengan disandang pada bahu melalui strap (tali). Biasanya (right-handed), genderang dipukul dengan menggunakan stik pada tangan kanan, dan tangan kiri tanpa stik (tangan kosong). Dalam sebuah ensemble Serune Kalee terdapat dua buah Geundrang, sebuah rapai dan sebuah lagi Geundrang kecil (Geundrang anak) sebagai pembawa tempo atau ritmik dengan gaya interlocking figuration untuk tingkahan-tingkahan.
Stick dipukul dengan mempergunakan ujungnya yang bengkok sehingga mengeluarkan nada tajam singkat (attacks atau accent), dan dapat juga dengan samping atau pinggiran stick bagian atas yang mengeluarkan suara sedang seperti di-depth. Selain itu bisa pakai damper, kemudian tangan kanan mengadakan tingkahan-tingkahan ataupun friction (geser-geseran).
Baguettes (stick) dapat menghasilkan suara pukulan singkat dan tajam (clear beat) atau pukulan nyaring serta suara dinamik keras (ff), terutama karena luas lingkaran sebelah kanan lebih kecil daripada sebelah kiri. Sedangkan sebelah kiri yang dipukul dengan tangan kosong, dapat menghasilkan suara low (bass). Suara gemerincing bisa didapat dengan bantuan pukulan rapai yang pada frame-nya terdapat lempengan logam (giring-giring) yang memberikan suara gemerincing (suara phring) atau crisp.
Fungsi
Setiap munculnya serune kalee biasanya pasti akan tampil pula Geundrang dan rapai sebagai pendampingnya. Para pemain memakai pakaian adat Aceh. Jadi Geundrang berfungsi sebagai pelengkap dari music Serune Kalee, dan dapat juga sebagai alat perkusi ritmis di dalam sebuah orchestra apabila diperlukan dalam sebuah komposisi/kreasi baru.
Geundrang digunakan untuk mengajak atau menghimbau pengunjung untuk datang ke sebuah keramaian seperti pasar malam atau sebuah upacara antar pengantin pria (intat lintoe). Diletakan atau dipalu disebuah seueng (bangsal), atau di pekarangan ketika pengantin diarak-arak ke rumah mempelai perempuan (dara baroe).
Geundrang juga digunakan di teater-teater tradisional sebagai sebuah hiburan yang diberi nama Geundrang kleng dengan personilnya terdiri dari 2 orang pemukul Geundrang, 1 orang peniup Serune dan 4 orang pelawak dengan penampilan berpasangan silih berganti. Permainan dimulai dengan tiupan Serune, dan segera tampil 2 orang penari dengan sebutan masing-masing namariya si Tambi (pria) dan si Gambe (wanita, sebenarnya seorang laki-laki yang memakai pakaian wanita).
Sambil menari-nari mereka berdialog dengan lawakan yang dapat membuat penonton ikut tertawa. Kemudian babak berikutnya diganti oleh pasangan yang lain dengan sebutan nama Si Badot (pria) dan Mulieng (wanita, atau laki-laki yang berpakaian wanita), sambil menari bercakap-cakap tentang masalah kehidupan rumah tangga, kehidupan raja-raja zaman dahulu dan sebagainya.
Tarian ini dinamakan tarian “Geundrang Kleng” karena permainan alat perkusi Geundrang sangat memegang peranan penting. Tarian ini berasal dari India, dan tarian ini pernah bertahan/digenari oleh masyarakat si Kecamatan Simpang Tiga, Kemukiman Peukan, Karpang/Desa Mantok Kabupaten Pidie. Sejak tahun lima puluhan, tarian ini tidak pernah ditampilkan lagi. Dulu tarian ini dipertunjukkan di lapangan terbuka dan tempat tertutup seperti balai-balai.
Permainan bisa berlangsung dari sore sampai pagi hari. Penari wanita yang sebenarnya adalah pria, membuat tingkah laku serta bergaya persis seperti wanita biasa, pakaiannya dilengkapi selendang melilit/menutup kepala, agar tak nampak rambutnya yang panjang itu, baju kebaya, kain sarung, perhiasan dan make-up. Penari pria dengan kostum hitam tangan lebar dengan krah berdiri (mirip baju gunting Tiongkok), celana panjang pakai tali pengikat seperti kolor warna hitam dan tangkuluk penutup kepala dari kain hitam, make-up yang sangat menyolok seperti seorang badut.
Kadang-kadang mereka mengucapkan pantun tentang masalah hubungan laki dan wanita. Fungsi Serune Kale hanya untuk background. Tarian Geundrang kleng sering pula dipertandingkan, dan sebuah group dianggap sukses apabila dapat memancing gelak tawa penonton.
Kalau Geundrang kleng dimainkan di dalam sebuah grup, ada satu jenis lain yang diberi nama Geundrang kaoy yang pelakunya hanya seorang pemain Geundrang tunggal yang bermain mengikuti suatu arak-arakan dengan berjalan kaki. Biasanya untuk upacara pelepasan nazar (kaoy) atau untuk upacara memeriahkan khitanan.
Di Kabupaten Aceh Utara terdapat Geundrang pase, yaitu perpaduan tetabuahn Geundrang, seni suara dan seni tari, yang terdiri dari 2 (dua) orang penabuh Geundrang, 2 (dua) orang seu’ot kisah (pembaca cerita), 2 (dua) orang penari, dan 1 (satu) orang peniup serune kalee. Jalannya permainan atau penampilan hampir serupa dengan Geundrang kleng.
Syair Geundrang
Salo hai lee salo hai lee
Saboh mon dua baca
Rot timu na kruob ngon seupat
Rot Barat meusapat bace
Tajak ublang tajak koh barom
Pileh nyang seungkom laya keutika
Meuka jeuet tabri jeuet kewh Ion som
Mangat tabri lom singoh ngon lusa.
Taek ugle takoh rangkino
Puwoe keu kamou ke pha jeurangka
Meuka jeuet tajak ban reusam nanggrou
geunap uroue neurok teubuka
Beukah-beukah bak pucok lawaih
Ureung sok klaih nyong si genda
han je ut Ion jak diluen rumoh kah
ase keuh juah di kap bak pha
Taik ugle tajak koh birah
uram ta peuek ubak cot raja
bek ta gundah ase Ion juah
ngon parang meuklah tatak bak muka
Peraho raya bungka asahan
peudeung durian jampu seumata
adak tan jalo tanyo meu sampan
han leumah badan leumah keuh mata.
Syair mengenai hubungan laki dan wanita
Laki : Tajak ublang tajak droup darut
pileh nyan cut-cut eumpeun cem pala
bek tameukawen ngon inong pijut
wate raya prut kemeu ek mata
Wanita : Taek uglee alaih hai daleum takoh geureundong
keuno tapeu tron alaih hai dalem seumpom lamparek
bek ta meukaweun ngon inong tembon
oh wate di um han ek tabalek
Terjemahan Laki:
Laki : Pergi kesawah tangkap belalang
pilih yang kecil umpan burung cempala
jangan kamu kawin dengan wanita kurus
waktu hamil sudah bertaik mata
Wanita : Naik kegunung wahai kawan potong batang kuda-kuda
kemari dilempar wahai kawan di dalam parit
jangan kamu kawin dengan wanita gemuk
waktu dipeluk tidak sanggup dibalik
Source:
- Drs. Abd. Hadjad, et al, PERALATAN HIBURAN DAN KESENIAN TRADISIONAL PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH, terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan – Pusat Penelitian Pengkajian dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya, 1993
- Drs. Abd. Hadjad, et al, ENSIKLOPEDI MUSIK DAN TARI DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH ( LANJUTAN ), terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan – Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya – Proyek Inventarisir dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah, 1986
- Wikipedia
- Sumber-sumber lainnya