Profil Patrick Brevasto Girsang, endorser Ludwig Drum

Patrick B Girsang

Drum adalah cinta pertama musisi kelahiran Medan, 11 Desember 1987 ini. Kesukaannnya terhadap alat musik perkusi ini membuat sang ayah, Berlin Girsang memberi seperangkat drum bermerk Isuzu yang kemudian diletakkan di kamar tidurnya ketika Patrick Brevasto Girsang masih berada di kelas 6 SD Methodist Kisaran. Lucunya, Patrick kemudian belajar untuk bisa memainkan drum tersebut bukan dari tangan seorang drummer, melainkan dari seorang kerabat bernama Junikson yang kebetulan saja mengerti memainkan drum.

Patrick mengenang Junikson selalu mengatakan “begini caranya kau main” atau “kek gini mainnya” tanpa bisa menjelaskan secara teoritis maksud dan tujuan dari “pelajaran” drum tersebut. Belajar tanpa henti di dalam kamar dilakukannya selama bertahun-tahun hingga dia menamatkan pendidikan di SMA Negeri 1 Kisaran pada tahun 2006.

Baru ketika diterima kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Patrick memberanikan diri bermain aktif di band bersama teman-teman kampusnya. Berbagai kesempatan tampil di acara kampus dan beberapa kompetisi band pun dijalaninya.

Sebuah kejadian unik membuka pikirannya untuk belajar drum secara formil. Patrick merasa ilmu drumnya sudah sangat mumpuni, tetapi ternyata kekalahan bandnya di kompetisi band yang diadakan oleh sebuah perusahaan rokok nasional membuatnya tertantang untuk naik gunung dan berguru di Sekolah Musik Farabi Medan pada tahun 2007.

“Sebelum aku belajar (musik) formal, aku merasa main drum (gampang) gitu-gitu aja. Tetapi setelah masuk kursus, akhirnya kita tahu di atas langit masih ada langit. Setelah bisa baca (not), akhirnya kita tahu main drum itu tidak semudah yang kita bayangkan,” kata Patrick kepada acehmusician.org di dalam sebuah bincang-bincang santai di restoran di Hotel Danau Toba International Medan.

Kerja keras, semangat dan disiplin yang tinggi membuatnya kemudian ditarik menjadi pengajar drum di Sekolah Musik Farabi Medan setahun kemudian. Menjadi instruktur drum tidak membuat Patrick menjadi berhenti belajar. Malah dia merasa harus semakin banyak belajar dan berlatih. Kalau tidak, dia takut tidak dapat menandingi perkembangan permainan murid-muridnya.

“Mau gak mau aku harus belajar lagi, dan selalu upgrade (ilmu),” katanya sambil tertawa. Dia menyebutkan berbagai video drum dari drummer-drummer terkenal dunia memberinya wawasan dan bahan untuk belajar.

**

Nama Patrick Brevasto Girsang pun kemudian mulai akrab di kalangan musisi top Medan. Permainan drumnya pun semakin ciamik dan dipuji oleh rekan-rekannya. Patrick pun berkesempatan untuk berpartisipasi di ajang jazz paling bergengsi di Indonesia: Java Jazz Festival . Dia bermain di sana pada tahun 2011 dan 2013.

Breakthrough sebenarnya di dalam karir musik Patrick terjadi di tahun 2012. Bersama band yang bernama Breakthru, dia mengikuti ajang kompetisi band muda yang diadakan oleh perusahaan musik Yamaha: Asian Beat Band Competition 2012. Setelah memenangkan babak penyisihan di Medan, Breakthru tampil di final nasional yang berlangsung di SCORE! Jakarta, Cilandak Town Square, Jakarta Selatan pada tanggal 13 Oktober 2012, dan ….. Breakthru menyabet JUARA Pertama dan berhak mewakili Indonesia di ajang grand final dunia di Singapore. Tidak hanya memperoleh trophy, Patrick juga mendapat predikat sebagai DRUMMER TERBAIK dan rekan satu bandnya Yuda Siagian sebagai VOKALIS TERBAIK

Sebulan kemudian, di ASIAN BEAT Band Competition 2012 Grand Final, yang diselenggarakan di Kallang Theatre, Singapore, 11 November 2012, Breakthru kembali memberi kebanggaan kepada masyarakat Medan dan Indonesia! Mereka mengalahkan 11 kontestan lain dari negara-negara seperti Thailand, Malaysia, Colombia, Mongolia, Singapore, China, Korea Selatan, Brazil, Hongkong dan Mexico. Tidak hanya memperoleh Grand Prize Winner, gelar The Best Keyboardist, Best Bassist dan Best Drummer diborong oleh John Ferry, Herberinta dan  Patrick Brevasto Girsang . Akhirnya, dunia mengakui Patrick sebagai drummer yang berbakat dan berpotensi! Sebuah pencapaian yang hanya bisa diperoleh dengan ketekunan dan kerja yang sangat keras.

Walaupun mendapat predikat Drummer Terbaik di ajang nasional dan internasional, Patrick bertekad untuk tidak menjadi jumawa. Sepulangnya dari ajang final di Singapore, dia kembali menjadi Patrick yang biasa dan tetap tekun belajar drum.

Patrick Girsang & Keith Martin
Patrick Girsang & Keith Martin

Selain mengajar di Sekolah Musik Farabi Medan, Patrick juga menjadi instruktur drum di Brothers Music School sejak tahun 2013. Salah satu muridnya di Farabi, Agung Munthe kemudian menjadi  finalis Mapex Drummer of Tomorrow 2012. Aktifitas sehari-hari lainnya dihabiskan dengan bermusik bersama band seperti Out of Ordinary, Fredrik Tarigan Jazz Trio dan Big Brothers. Bekerja di luar musik pun sempat dijalaninya. Dia berkesempatan mempraktikkan ilmu yang diperolehnya setelah menjadi sarjana ekonomi pada tahun 2010, dengan bekerja sebagai Head of Marketing di PT. BFF Finance, Tbk dari tahun 2012 hingga 2014. Patrick keluar dan kemudian mendapatkan kontrak endorsement dari perusahaan besar drum dunia, LUDWIG DRUM pada Juli 2014. Suatu capaian langka yang bisa didapatkan oleh seorang drummer daerah. Patrick Girsang tidak berhenti membuat prestasi.

Patrick Brevasto Girsang  menyebut nama TYO NUGROS, mantan drummer Dewa 19 sebagai orang yang bertanggung jawab menjerumuskannya untuk bermain drum. Untuk drummer dunia, si monster DENNIS CHAMBERS adalah influence terbesarnya.

Ketika ditanya fokus bermain jenis musik apa, Patrick menjawab all around. Dia memberi alasan kenapa memilih bermain beraneka jenis musik: “Kalau aku main di satu aliran saja, berarti aku membatasi diriku sendiri.”

***

Bagi yang penasaran dengan permainan  Patrick Brevasto Girsang, jangan sampai ketinggalan untuk menyaksikkan coaching clinic Ludwig Drum di Piasan Seni 2014, taman Sari Banda Aceh, 31 Agustus 2014 pukul 2 siang, yang dipersembahkan oleh Tango Musik Banda Aceh.

Patrick akan tampil memainkan drum Ludwig GLB dan memberi materi-materi menarik untuk rekan-rekan musisi di Banda Aceh. Patrick menyebut alasan dia memilih Ludwig GLB:

Tone-nya asik, tidak perlu banyak setel. Cocok untuk jenis musik all around!”

*****

 

 

Facebook Comments

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: