Profil Musisi: Erfan Rocha

erfan casta

by: Furqan Wahidin Adam

Tanggal 4 April 1993 dunia menyambut salah satu musisi kebanggaan provinsi Aceh bernama Achmad  Erfan. Mengikuti jejak sang ayah di bidang musik, Erfan kecil sudah bermusik sebagai seorang penyanyi dari cafe ke cafe. Sewaktu menginjak kelas 5 SD dia pun berkenalan dengan instrument drum dan belajar menguasai alat musik tersebut disusul dengan membentuk sebuah band sebagai vocalis dan drummer. Kelas 2 SMA gitaris yang akrab dipanggil Erfan Rocha ini mulai mempelajari gitar dengan ayahnya musisi Amiruddin Asyek.

Erfan Rocha nama panggilannya dikarenakan dirinya sangat mengidolakan Zack de la Rocha, vokalis dari band yang berjaya di era tahun 90an Rage Against the Machine. Teman-temannya pun memanggil dirinya dengan tambahan nama belakang dari vocalis controversial tersebut.

Inspirasi terbesarnya dalam bermain gitar adalah Tom Morello gitaris dari band Rage Against the Machine dan Audioslave yang menurutnya memiliki karakter yang luar biasa dengan sound effect gitar yang unik dan aneh. Seperti salah satunya di lagu “Know Your Enemy” yang dimana karakter dan keunikannya sangat menonjol terutama di Intro. Dia juga menyebutkan lagu “Bulls on Parade” yang menurutnya sangat susah untuk ditiru dan susah ditebak karakter sound effect gitarnya. Dia juga menggemari band RATM karena menurutnya lirik disetiap lagu mereka sangat pedas mengomentari dunia politik.

Pertengahan tahun 2010 dirinya membentuk band bergenre Rock Alternatif dengan memainkan lagu-lagu seperti Andra & The Backbone, Kotak dan beberapa band bergenre sama lainnya. Sewaktu dirinya masih duduk di kelas 2 SMA, band tersebut bernama Casta. Karena kesibukan masing-masing personilnya band inipun vakum namun sesekali masih meramaikan dunia musik di Aceh.

ervan 01Menurut orang-orang yang telah melihat permainan dari gitaris asli Aceh ini, Erfan memiliki style permaianan yang unik dan berkarakter tinggi. Seolah-olah melihat perpaduan gitaris seperti Joe Satriani, Eddie Van Halen dan Eet Sjahrani. Namun dirinya merasa masih jauh kualitasnya dibandingkan gitaris-gitaris tersebut.

“Sampai saat ini aku masih belajar untuk mengeluarkan karakter didalam diriku, Oleh karena itu aku tidak pernah berhenti belajar untuk bisa menguasai musik tidak dari satu genre saja! Amanat dari papaku ini masih kupegang teguh hingga saat ini!” Ujarnya berapi-api.

Erfan pun pernah mengiringi penyanyi yang terkenal di Aceh bernama Liza Aulia bersama band Minerva. Juga membentuk band Rock Alternatif project bersama Teuku Dedenz, Imam Angga Putra dan Aroel yang mereka namai Tanda Tanya (?) membawakan tembang-tembang andalan dari Andra & the Backbone, Slank dan beberapa band bergenre sama lainnya.

Project solonya seakan tidak mau kalah Erfan pun dibantu oleh Becky sebagai bassist dan Een di drum mulai mengibarkan sayapnya di blantika musik Aceh. Sampai saat ini dia masih sangat serius untuk mengembangkan karir solonya sampai ke dunia rekaman. Beberapa karya sudah berhasil diciptakannya seperti lagu yang berjudul “Rock Metal” yang bercerita tentang kesedihannya karena sangat jarangnya event musik metal  saat dia menciptakan lagu tersebut.

Karya solonya yang berhasil ditelurkan lainnya adalah “Heart” yang bercerita tentang seorang pria yang jauh dengan wanita kesayangannya dikarenakan ada “keperluan yang penting”. Pria ini sangat merindukan wanita tersebut dengan penuh kasih sayang dan cinta.

ervan 02

Gitaris yang pernah mengalami putus strap gitar akibat terlalu semangat bermain ini pernah juga menghasilkan karya bersama ayahnya berjudul “Budaya Nanggroe”. Lagu tersebut belum bisa di publikasikan karena kevakuman band Casta.

Prestasinya tidak sedikit bersama Casta dia telah berhasil menjuarai Festival band antar pelajar se-kotamadya Banda Aceh, Juara pertama di event salah satu partai di Indonesia,Juara 1 di event Art Ethnic Aceh Modern di Putroe Phang dan beberapa event skala kecil hingga skala besar telah berhasil dia rengkuh. Dirinya juga sangat bangga pernah mengiringi beberapa artis terkenal di Aceh.

Untuk saat ini dirinya sangat berharap dunia musik di Aceh bisa berkembang dan bisa diterima di kalangan nasional serta internasional. Sebagai musisi dari Aceh dia berharap musisi tidak meninggalkan budayanya seiring makin banyaknya budaya yang masuk dari luar.

“Aku juga berharap penyelenggara event lebih terbuka dan lebih menghargai kami sebagai musisi! Dan sesama manusia hargailah karya tangan sesamanya!” Tukasnya mengakhiri sore kami seraya menyeruput kopi hitam kegemarannya.

(FWA)

Facebook Comments

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: