Ramadhan 2013 dan Refleksi Setahun Berdirinya GMA

Lebaran 2013

Ramadhan 1434 H kali ini sangat berkesan bagi musisi-musisi yang tergabung di dalam Gabungan Musisi Aceh. Selain sebagai bulan yang baik untuk menabung amal, bulan ini juga menjadi penanda setahun berdirinya GMA baru (GMA sempat ada di tahun 2000, dan berumur sangat pendek).

Sekedar mengingatkan, timeline terbentuknya GMA adalah diawali dengan pertemuan yang diadakan ba’da tharawih di Chek Yuke Batoh pada tanggal 10 Juli 2012, yang membicarakan perlunya dibentuk sebuah lembaga payung bagi musisi, yang kemudian menghasilkan sebuah resolusi untuk mendirikan GMA. Rapat selanjutnya di tempat yang sama membicarakan masalah nama dan pemilihan tim formatur pada tanggal 17 Juli 2012. Tim formatur kemudian rapat pada tanggal 19 Juli 2012, dan tanggal 29 Juli 2012 untuk memilih Ketua Umum. GMA Bassist Day menjadi event pertama yang kami adakan pada tanggal 25 Agustus 2012, bertempat di Jambo Kupi Apa Kaoy.

Dalam setahun ini, GMA berhasil mengadakan 12 event di tahun 2012 dan 24 buah di tahun 2013 (hingga 4 Juli 2013), baik sebagai single/sole host mau pun co-organizer. Event yang diadakan tidak hanya konser, tapi juga ada klinik, workshop, masterclass, demonstrasi/aksi, dan kegiatan-kegiatan sosial lainnya. Tidak terhitung event-event kopdar, meeting (formal dan informal), recording maupun gathering lain yang diadakan oleh GMA maupun sayapnya. Tentu saja event-event tersebut jauh dari kesempurnaan. Tetapi bisa berada di sekitar venue serta merasakan atmosfir musikal dan kebersamaan merupakan sebuah kebahagian tersendiri yang sangat luar biasa.

” bisa berada di sekitar venue serta merasakan atmosfir musikal dan kebersamaan merupakan sebuah kebahagian tersendiri yang sangat luar biasa.”

Ada 6 komunitas/lembaga yang mempunyai ide dan visi yang sama dan bergabung sebagai sayap lembaga di dalam GMA, yaitu: Komunitas Gitar Aceh, Indonesian Drummers – Atjeh, B-Bass Aceh, Banda Aceh Death Metal, Acehmusician.org, dan AM Records. 

  1. Bersama Komgit, GMA mengadakan event regular Guitarist Day, workshop gitar, dan acara-acara lain yang non-spesifik gitar.
  2. Bersama ID-A, GMA mengadakan event regular Drummers Day, workshop drum, dan acara-acara  lain yang non-spesifik drum.
  3. Bersama B-Bass Aceh, GMA mengadakan event regular Bassist Day, workshop bass, dan acara-acara  lain yang non-spesifik bass.
  4. Bersama Banda Aceh Death Metal, GMA mengadakan event regular Not Just Noise, dan acara-acara  lain yang non-spesifik metal.
  5. Bersama Acehmusician.org, GMA mengadakan event-event diluar yang disebut diatas, dan tetap dibantu oleh sayap-sayap lainnya. Acehmusician.org juga dipersiapkan untuk menjadi portal musik Aceh dan menjadi corong promosi dan informasi musisi-musisi Aceh ke seluruh dunia.
  6. Bersama AM Records, GMA sekarang sedang dalam proses pembuatan 2 album kompilasi untuk 28 band/musisi Aceh, dan 1 buah album charity untuk Lembaga sosial Darah Untuk Aceh. AM Records dipersiapkan untuk menjadi penerbit dan artis management bagi musisi-musisi Aceh.

Dengan lingkup kerja seluruh Aceh, GMA sekarang mempunyai 4 cabang di Banda Aceh, Aceh Besar, Bireuen dan Nagan Raya. Cabang-cabang yang sedang di  dalam proses persiapan adalah Meulaboh, Calang, Simeulue, Tapak Tuan, Sigli, Pidie Jaya, Takengon, Lhokseumawe, Lhoksukon, Langsa dan Kuala Simpang. Juga kota-kota lainnya yang ada di Aceh.

Banyaknya event dan kegiatan lainnya, merupakan sebuah prestasi bagi lembaga yang baru berumur setahun. Namun bagi kami, prestasi yang terbesar adalah: bisa berjumpa, berinteraksi dan bersimbiosis secara mutual dengan ribuan musisi yang ada di Aceh. Sebuah harapan yang juga sesuai dengan misi kami: Menjadikan musisi Aceh sebagai tuan rumah di negeri sendiri, dengan karya dan kemampuan yang berkualitas tinggi.

“Bagi kami, prestasi yang terbesar adalah: bisa berjumpa, berinteraksi dan bersimbiosis secara mutual dengan ribuan musisi yang ada di Aceh.”

“Misi kami menjadikan musisi Aceh sebagai tuan rumah di negeri sendiri, dengan karya dan kemampuan yang berkualitas tinggi. “

Harapan itu bukan suatu yang muluk dan bukan sesuatu yang tidak mungkin. Setahun yang lalu banyak yang pesimis dengan GMA, dan kami dengan perlahan mencoba menepis rasa pesimis itu dengan tetap bersemangat menjalankan semua yang telah direncanakan. Banyak aral dan rintangan yang menghadang, namun kami anggap itu sebagai lecutan-lecutan penyemangat. Walau belum semuanya bisa dilaksanakan dan belum sempurna, kami yakin kelak, dengan bersatu dan berupaya bersama-sama maka “gunung pun bisa dipindahkan”.

Sesuai dengan misinya, kerja-kerja politik juga dilakukan oleh GMA. Tentu saja kerja politik yang dimaksud adalah politik non-praktis dan non-partisan. Setahun ini GMA terus-menerus mengadakan dialog-dialog dengan pihak eksekutif dan legislatif mengenai pentingnya pembangunan kesenian yang berkesinambungan, yang bisa mendukung program-program pemerintah lainnya seperti pembinaan dan pengembangan generasi muda; preservasi seni dan budaya; serta pengembangan usaha industri kreatif. GMA mengharapkan, musik dan seni-seni lain tidak hanya menjadi “objek seremonial” saja, tapi dapat berdiri tegak, bermartabat dan dipandang serta didukung sebagai kebanggaan daerah. Dengan aparat keamanan, GMA mengadakan dialog-dialog mengenai persoalan-persoalan perijinan acara. Alhamdulillah, acara-acara yang kami adakan selama ini didukung sepenuhnya oleh pihak Kepolisian.

“Musik jangan hanya menjadi ‘objek seremonial’ saja, tapi dapat berdiri tegak, bermartabat dan dipandang serta didukung sebagai kebanggaan daerah”

Upaya yang tidak kalah penting (bahkan mungkin yang terpenting) adalah secara gradual menghilangkan stereotype negatif musisi di mata masyarakat. Ada kecenderungan generalisasi negatif terhadap musisi Aceh seperti: musisi itu akrab dengan penyalahgunaan alkohol, narkoba, free sex, kekerasan dan anti pendidikan. Kami percaya bahwa kepercayaan seperti itu salah! Pepatah “gara-gara nila setitik, rusak susu sebelanga” cocok untuk disebutkan di dalam hal ini. Tidak hanya di bidang musik, tetapi di semua bidang yang ada di masyarakat juga muncul oknum-oknum yang melakukan kenakalan-kenakalan seperti alkohol, narkoba, free sex, kekerasan dan anti pendidikan. Tapi sekali lagi: itu adalah oknum! Oknum segelintir yang tidak mewakili ribuan musisi-musisi santun lainnya.

Upaya-upaya yang sedang dan akan dilakukan oleh GMA adalah terus-menerus mengadakan event-event positif yang terbebas dari stereotype negatif tersebut. Kami sedang mengupayakan beberapa kemitraan strategis dengan berbagai lembaga lingkungan hidup, anti narkoba, sekolah dan lembaga sosial lainnya untuk secara bersama-sama mengadakan kampanye-kampanye hidup sehat dan positif demi menepis generalisasi negatif yang tidak bertanggung jawab itu. Pandangan negatif dan resistensi masyarakat terhadap musisi, tentunya akan menghambat berkembangnya musik secara keseluruhan.

“Pandangan negatif dan resistensi masyarakat terhadap musisi, tentunya akan menghambat berkembangnya musik secara keseluruhan.”

Seluruh “pencapaian” diatas tentunya bukan karena kerja-kerja perorangan saja. Semua “keberhasilan” yang dicapai oleh GMA selama ini adalah hasil kerja kolektif seluruh musisi-musisi yang bekerja untuk GMA secara sukarela dan ikhlas. Untuk itu, GMA menghaturkan banyak terima kasih dan penghormatan yang sebesar-besarnya kepada para sayap dan anggota.

“Semua keberhasilan  yang dicapai selama ini adalah hasil kerja kolektif seluruh musisi-musisi yang bekerja untuk GMA secara sukarela dan ikhlas”

Resolusi terbesar tahun ini adalah mengajak seluruh komponen musik baik musisi dan komunitas musik yang ada di Provinsi Aceh untuk bergabung dengan GMA dan bersama-sama kita menjawab tantangan-tantangan yang ada di dalam bermusik  di Aceh sekarang ini.

GMA juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh anggota, pengurus dan sayap-sayap, rekan-rekan musisi di seluruh Aceh, seluruh media massa yang selama ini terus mendukung GMA, sahabat-sahabat di Lembaga/Komunitas seni dan sosial yang ada di Aceh, Pemprov Aceh, Pemko Banda Aceh, Disbudpar Aceh dan Disbudpar Kota Banda Aceh, Polda Aceh dan Polresta Banda Aceh, Dishubkomintel Aceh, Dewan Kesenian Aceh, Moritza Thaher dan Sekolah Musik Moritza, Yudi Kurnia, Fadhil Amin, Nurlis EM, Risman A Rachman, Sulaiman Abda, M.Y “Apa Kaoy” Bombang, Kautsar M Yus, Gading HS, Wiratmadinata, Liza Cici Diani, Uzair, Deddy Iskandar, Hillman Cibloe, Darmuda, Clas Mild dan Jazy, Aceh Media Kreasindo, Era Prod., Afrizal, Popi Gade, Maiwan, Joe Samalanga, Jamal Abdullah, Nurjannah Husein, Middle Finger Clothes, Mahrizal Rubi, Suryadi KTB, Agam Hamzah, Robby Freakenstein, dan banyak lagi yang tidak bisa disebutkan satu-satu.

Taqabbal Allahu minna wa minkum, 

Minal Aidzin Wal Faidzin, 

Mohon Maaf Lahir dan Batin!

(TM)

Facebook Comments

3 thoughts on “Ramadhan 2013 dan Refleksi Setahun Berdirinya GMA

  • August 8, 2013 at 1:24 pm
    Permalink

    “Musik jangan hanya menjadi ‘objek seremonial’ saja, tapi dapat berdiri tegak, bermartabat dan dipandang serta didukung sebagai kebanggaan daerah”.

    Reply
  • August 15, 2013 at 1:29 pm
    Permalink

    Tentunya kita setuju setahun berjalannya GMA telah banyak even2 bagus yang diselenggarakan, tentunya ini berkat kerja keras teman-teman di GMA. Untuk memudahkan GMA ke depan dalam bekerja tentu perlu adanya penguatan-penguatan. Karena GMA ini disebut LEMBAGA maka diperlukan legalitas agar LEMBAGA ini dikatakan sah dimata hukum.

    Reply

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: