Jika Professor dan Dokter Jazz dari Aceh satu panggung
Bukan profesor namanya jika pianis Tjut Nyak Deviana Daudsjah tak mampu menjawab tantangan rekan-rekan segrupnya, Tompi (vokal), Fajar Adi Nugroho (bas), dan Wahyu Prastya (drum) yang tampil bersama dalam formasi grup The Doctor & The Professor di Indonesia Jass Festival, Istora Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (30/8/2013) malam.
Deviana yang bergelar profesor dan pernah menjabat sebagai rektor sebuah perguruan tinggi Musik International Music College, Jazz & Rockschulen Freiburg, Jerman (tahun 1990-1995) itu mendapat tantangan bertubi-tubi dari dokter Teuku Adifitrian atau lebih dikenal dengan nama Tompi ketika mereka menyuguhkan lagu “Apa”, “Menghujam Jantungku”, dan “Bujangan” (Koesplus).
Usai Tompi, tantangan lainnya datang dari Fajar dan Wahyu secara bergiliran melalui intrumen solo bas dan drum yang penuh improvisasi.
Namun, lagi-lagi Deviana dengan mulus meladeninya yang kemudian menantang balik keduanya.
Dari pertunjukan tersebut, tak salah jika Deviana pernah meraih beberapa penghargaan di Eropa. Di antaranya, dua kali juara satu vokalis ajang lomba Nasional Swiss, pianis terbaik Swiss, pendidik musik terbaik Jerman.
Pada tahun 1983 Deviana ditawari rekaman album oleh perusahaan rekaman dunia BMG Ariola dan Polygram, namun ia menolak oleh karena tidak ingin terikat pada kontrak selama tujuh tahun.
Pada 2005, Deviana dianugerahi Citra Kartini Award yang diberikan oleh Menteri Pemberdayaan Wanita untuk kontribusinya dalam pendidikan musik di Indonesia. Sementara di 2007, Deviana diangkat oleh Dirjen PAUDNI Kemendikbud menjadi anggota Konsorsium Musik. Pada 2009 dirinya bersama tokoh-tokoh ternama mendirikan Asosiasi Pendidik dan Praktisi Seni Pertunjukan (PRASASTI) dan Lembaga Sertifikasi Kompetensi Musik yang diakui oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Di samping mengajar, Deviana juga aktif dalam menulis komposisi musik orchestra serta modern R&B untuk drama musikal Malin Kundang yang sukses dipentas di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ).