Matinya Grunge
F**k you all, ini adalah lagu terakhir untuk malam ini,” kata Kurt Cobain di depan mikrofon. Malam itu 18 November 1993, Nirvana tampil dalam acara MTV Unplugged.
Malam itu, Cobain mengenakan sweater, rambut pirangnya acak-acakan. Ia tampak lelah. Vokalis Nirvana itu mengalami sakit perut hebat, dimana obat-obatan tak mujarab mengatasinya.
Sebelum konser rekaman MTV itu berlangsung, ia bertengkar dan mengancam meninggalkan panggung.
Singkatnya: Gladi resik konser tersebut adalah bencana. Tapi ketika konser berlangsung, seolah tak terjadi apa-apa sebelumnya. Cobain duduk-duduk di sekitar di kursi putarnya dan membuat lelucon sarkastik. Konser itu tercatat dalam sejarah musik.
„Saya tak punya senapan“
Lima bulan setelah konser itu, Kurt Cobain tewas. Dia menembak dirinya sendiri dengan senapan. Ketika ditemukan dua hari setelah bunuh diri, ditemukan peralatan suntikan obat-obatan di samping tubuhnya.
Baru-baru ini, polisi telah merilis foto baru dari lokasi kejadian. Mike Ciesynski, spesialis dalam kasus pidana yang belum terpecahkan setelah 20 tahun itu, menghapus semua teori konspirasi pembunuhan atas kematian Kurt Cobain:„Ini kasus bunuh diri. Dengan demikian kasus ditutup,” katanya beberapa hari lalu. Penyelidikan yang sudah berlangsung sejak tahun 1994 menyebut bahwa Kurt Cobain telah dicekoki heroin dosis tinggi, sebelum akhirnya menembak dirinya.
Sebuah ironi, karena dalam salah satu hits terbesar dari Nirvana yang berjudul “Come as you are”, tertera lirik: Dan aku bersumpah bahwa aku tidak punya senapan. ”
Bagi banyak penggemarnya, kematian Cobain bukan hanya kematian Nirvana, melainkan juga grunge, musik yang berasal dari Seattle, yang kemudian merambah dunia. Generasi X merasa begitu emosional dan terluka, mengingat Cobain adalah idola mereka. Musiknya yang keras, liar itu merupakan soundtrack yang pas untuk anak-anak berambut grondrong dengan jeans compang-camping dan kemeja lusuhnya.
Teksnya tidak pilitis, melainkan lebih pada masalah keseharian. Cobain memiliki jenis protesnya sendiri: Kejahatan yang diprotesnya dengan sarkasme, terutama protes terhadap kerakusan industri rekaman, yang ia sebut sebagai “babi kapitalisme” – Dia menjadi apa yang diinginkannya sejak usia dini: seorang bintang rock.
Buku hariannya diterbitkan dalam sebuah buku pada tahun 2002. Sketsa, surat, daftar belanja dan lain-lainnya dikumpulkan jadi satu.
Cobain memiliki jenis protesnya sendiri: Kejahatan yang diprotesnya dengan sarkasme, terutama berupa protes terhadap kerakusan industri rekaman, yang ia sebut sebagai “babi kapitalisme” – Dia menjadi apa yang diinginkannya sejak usia dini: seorang bintang rock.
Buku hariannya diterbitkan dalam sebuah buku pada tahun 2002. Sketsa, surat, daftar belanja dan lain-lainnya dikumpulkan jadi satu.
Dari ruang hening menuju sukses
Hampir tidak ada yang bisa tahu isi kepalanya. Namun personil Nirvana lainnya, Krist Novoselic dan Dave Grohl, tahu apa yang sedang terjadi. Suatu hari, karena bosan, Grohl menulis lagu tentang Kurt, yang ia sebut “A Friend Of A Friend”: ” Dia butuh ruang yang tenang/Dengan kunci yang menjaganya di dalam … Dia tak pernah jatuh cinta/Tapi dia tahu apa itu cinta/dia mengatakan „ah…..sudahlah” / Dan tidak satupun yang berbicara / dia pikir dia minum terlalu banyak alkohol / Dia mengatakan itu pada dua sahabat terbaiknya / “Saya pikir saya minum terlalu banyak ‘ / Tidak satupun yang berbicara.
Beberapa bulan kemudian, pada bulan September 1991, Nirvana merilis album mereka bertajuk “Nevermind” yang menandai perubahan besar dalam dunia musik. Lagu utamanya: “Smells Like Teen Spirit” – menjadi sebuah lagu yang sampai hari ini –menurut majalah “Rolling Stone—merupakan salah satu lagu terbaik sepanjang masa, yang juga dalam salah satu album terbaik sepanjang masa
“Saya tidak tahan lagi di sini”
Nirvana terus melakukan tur band, penampilan di televisi, mendapat penghargaan musik video, dan publikasi-publikasi lain, sampai akhirnya manggung di MTV Unplugged. Nirvana dengan vokalisnya Kurt Cobain terus menanjak.
Karir, obat-obatan, penyakit perut – baginya itu terlalu banyak. Februari 1994, Nirvana melanjutkan tur Eropa-nya, konser terakhir seharusnya berlangsung pada tanggal 8 April di Dublin. Tapi awal Maret, Nirvana memutuskan menghentikan tur. Ironisnya, di München, dia berdiri untuk terakhir kalinya di atas panggung. Sekitar 3000 penggemar yang hadir tidak tahu vokalis itu sakit. Beberapa hari kemudian, ia meregang nyawa akibat obat tidur. Istrinya, penyanyi rock Courtney Love, menemukannya dan membawanya ke rumah sakit.
Tetapi pada saat itu, sebenarnya Cobain sudah merasa selesai dengan segala sesuatumya. Baik keberhasilan Nirvana , maupun teman-temannya dari band , maupun istri dan putri kecilnya. Dalam surat terakhirnya kepada Courtney, ia menulis: “Kamu tahu bahwa aku mencintaimu dan aku mencintai Frances…. Maafkan aku … Aku tidak tahu kemana aku pergi sekarang,, aku tidak tahan lagi di sini .. ”
Source: dw.de