Mengenang Bob Marley (1945 – 1981) bagian Kedua
Setiap kali irama musik reggae terdengar, ingatan kita akan tertuju kepada sosok yang identik dengan dread-lock, marijuana, Gibson Les Paul, serta lagu-lagu bertema cinta dan sosial: Nesta Robert Marley atau lebih dikenal sebagai Bob Marley. Marley adalah penyanyi yang dianggap paling berjasa mempopulerkan musik reggae dari Jamaika ke seluruh dunia.
Untuk memperingati hari lahir Bob Marley ke-69, redaksi Acehmusician.org menulis sebuah biografi singkat dengan sumber utama berasal dari Bobmarley.com, Wikipedia, biography.com dan sumber-sumber lainnya.
Baca artikel sebelumnya: Mengenang Bob Marley (1945 – 1981) bagian Pertama
****
Hampir Terbunuh dan Mengasingkan Diri
Bob Marley adalah pendukung People’s National Party yang dipimpin oleh Perdana Menteri Michael Manley. Suhu politik Jamaika sangat panas menjelang pemilu saat itu. Manley merencanakan membuat sebuah konser pada tanggal 5 Desember 1976. Bob Marley & The Wailers direncanakan akan menjadi headliner di konser yang bernama “Smile Jamaica”. Ketika sedang latihan di Kingston’s National Heroes Park, segerombolan pria menembakkan senjata ke arah panggung. Sebutir peluru menyerempet Marley di tulang dada dan bisep tangannya. Sebutir lagi menyerempet kepala Rita. Manajer mereka Don Taylor terkena 5 butir peluru dan harus dioperasi. The Wailers pun kocar-kacir.
Dua hari kemudian, Bob Marley muncul di panggung dan bernyanyi di hadapan 80 ribu penonton walaupun dengan kondisi masih cedera. Marley didukung oleh grup Zaw Pop karena semua personil The Wailers masih trauma dan menyembunyikan diri.
Marley cabut dari Jamaica di akhir 1976 dan beristirahat di Compass Point Studios di Nassau, Bahamas milik Chris Blackwell. Sebulan kemudian dia tiba di Inggris dan mengasingkan diri selama dua tahun.
*****
Exodus
Selama di Inggris, Bob Marley kembali masuk dapur rekaman. Terinspirasi dari kejadian-kejadian yang dialaminya di Jamaica dan pidato politik Michael Manley, Marley merekam Exodus dan dirilis pada tahun 1977. Exodus memuncaki berbagai tangga lagu di Inggris dan negara-negara lain. Hits seperti “Waiting in Vain”, “Jamming”, ” Three Little Birds”, “One Love/People Get Ready” dan “Exodus” membuat album Exodus dianggap sebagai salah satu album terbaik yang pernah dibuat.
Tahun itu kesehatan Marley menurun. Pada bulan Juli dia didiagnosa mendapat kanker di kakinya. Dokter menyarankan untuk diamputasi, tetapi Marley menolak dengan alasan agama melarangnya melakukan amputasi.
Maret 1978 Bob Marley and The Wailers merilis album Kaya yang proses rekamannya dilakukan bersamaan dengan album Exodus. Lirik-lirik yang ada di album ini berkaitan dengan cinta dan marijuana. Lagu “Is This Love” dan “Satisfy My Soul” menjadi andalan.
*****
Kembali Ke Jamaica, Konser Reggae Bersejarah
Sebuah konser berjudul One Love Peace Concert diadakan pada tanggal 22 April 1978 bertempat di The National Stadium in Kingston, Jamaica, tempat yang sama dimana Bob Marley tertembak dua tahun sebelumnya.
Konser tersebut dianggap sangat bersejarah karena berhasil “mendamaikan” dua kekuatan politik yang selalu bertikai di Jamaica: Jamaican Labour Party yang dipimpin Edward Seaga dan the People’s National Party yang dipimpin Perdana Menteri Michael Manley. Selain itu, konser tersebut berhasil membawa kembali Bob Marley kembali ke negara asalnya. Marley menjadi headliner di event tersebut.
Oleh media, konser tersebut dijuluki “Third World Woodstock”, “Bob Marley plays for Peace” , dan “Bob Marley Is Back. Ada 13 penampilan dari dewa-dewa Reggae saat itu: The Meditations, Althea and Donna, Dillinger, The Mighty Diamonds, Junior Tucker, Culture, Dennis Brown, Trinity, Leroy Smart, Jacob Miller and Inner Circle, Big Youth, Beres Hammond, Peter Tosh, Ras Michael and The Sons of Negus, serta Bob Marley & The Wailers.
Bob Marley berhasil membuat Manley dan Seaga berjabatan tangan di panggung dan menjadikannya klimaks dari konser ini. Beberapa bulan kemudian Manley memenangkan pemilu sekali lagi, dan kedua belah pihak pun kembali bertikai. Dua event organizer acara tersebut Claudius ‘Claudie’ Massop (JLP) dan Aston ‘Bucky’ Marshall (PNP) terbunuh dua tahun kemudian. Perdamaian antara kedua belah pihak nantinya terjadi lagi pada pemakaman Marley di tahun 1981. Manley dan Seaga kembali berjabatan tangan.
****
Tahun-tahun terakhir Bob Marley
Setelah mendapat banyak inspirasi ketika untuk pertama kalinya melakukan perjalanan ke Afrika di tahun 1978, Bob Marley and The Wailers merilis album Survival pada Oktober 1979. Album yang direkam di Jamaika ini berbeda dibandingkan album sebelumnya KAYA. Survival lebih bertemakan politik dan perdamaian. “Africa Unite” dan “One Drop” menjadi andalan album ini.
Album terakhir Bob Marley, UPRISING dirilis pada tahun 1980. Album yang menonjolkan sisi religius Marley ini menelurkan hits Could You Be Loved; dan Redemption Song, sebuah lagu ballad yang jauh dari logat musik reggae.
Bob Marley and The Wailers tur keliling Eropa, dimana mereka bermain di depan 100 ribu penonton di Milan. Kemudian mereka tampil di dua show di Amerika, pertama di Madison Square Garden dan di Stanley Theater, Pittsburgh, Pennsylvania, pada tanggal 23 September 1980. Konser tersebut adalah konser terakhir Bob Marley.
Tidak lama kemudian, kesehatan Marley semakin memburuk, kanker sudah menjalar ke seluruh tubuhnya. Dia diterbangkan ke Jerman untuk dirawat di Klinik kanker milik Josef Issels, tetapi tidak sukses. Setelah delapan bulan dirawat Marley kembali ke Jamaika.
Di dalam penerbangan dari Jerman ke Jamaika, Fungsi-fungsi vital Marley memburuk. Setelah mendarat di Miami, dia dilarikan ke rumah sakit untuk mendapat perawatan. Bob Marley meninggal di usia 36 tahun pada tanggal 11 Mei 1981 di Rumah Sakit Cedars of Lebanon, Miami. Kata-kata terakhirnya kepada anaknya Ziggy adalah: “Uang tidak dapat membeli kehidupan”. Marley meninggalkan seorang istri dan sebelas putra-putri.
Pemakaman secara kenegaraan diadakan untuk Marley pada tanggal 21 Mei 1981 di Jamaika. Dia dikuburkan bersama gitar Gibson Les Paul merah kesayangannya. Edward Seaga yang saat itu menjabat Perdana Menteri Jamaika memberi kata-kata terakhir. Seaga kemudian menjabat tangan Manley yang sudah menjadi oposisi, menandakan perdamaian di antara dua kekuatan politik terbesar di Jamaika tersebut.
Walaupun sudah tiada, Bob Marley akan terus dikenang untuk pesan-pesan perdamaian, kesetaraan, cinta dan semangat untuk tidak pernah menyerah, serta kerja kerasnya mempopulerkan musik reggae ke seluruh dunia!
Beristirahatlah dengan tenang, Nesta Robert Marley!
*****
Pingback:Mengenang Bob Marley (1945 - 1981) bagian Pertama - acehmusician.org
Bintang.com, Jakarta Minggu lalu, tubuh seorang laki-laki tunawisma ditemukan di sebuah kotak kardus di belakang restoran cepat saji di pusat kota Kingston, Jamaika. Petugas tidak dapat mengidentifikasi laki-laki yang tidak memiliki identifikasi pada dirinya tersebut. Mereka pun pergi ke Jamaica’s National DNA Database. Ketika hasilnya kembali, petugas tidak bisa mempercayai mata mereka; laki-laki itu adalah mega bintang Bob Marley.
“Aku pikir itu lelucon. Rekanku berlari ke kantor, melambaikan secarik kertas. ‘Kamu tidak akan percaya,’ katanya. Aku mengatakan kepadanya untuk tenang dan menjelaskan. Ketika dia mengatakan kepadaku, aku tidak percaya,” kata Jacob Chambers, kepala petugas, kepada now8news.com.
Poster Bob Marley (AFP/Bintang.com)
“Aku menatap hasil tersebut dengan mata lebar. Ini kesalahan,” aku Jacob. Memang selama ini Bob Marley dianggap meninggal pada tahun 1981 saat kembali ke Jamaika dari Jerman. Tapi jika begitu, mengapa tubuh rentanya terbaring di kamar mayat pusat kota Jamaika?
BACA JUGA
Aktor 'One Life to Live' Nathaniel Marston Meninggal Dunia
Meninggal Dunia, Selamat Jalan Pak Raden
Satu penjelasan pun muncul di benak Jacob. “Aku menyimpulkan kalau seseorang sedang melontarkan lelucon dan mengatakan kepada asistenku untuk melabeli tubuh itu dengan ‘orang tak dikenal.’ Ini berarti ia bisa dikremasi oleh petugas dan kematian diajukan sebagai seorang laki-laki usia 60-an akhir hingga 70-an awal, tanpa nama. Kemudian hal-hal menjadi aneh.”
Bob Marley (AFP/Bintang.com)
Sore itu, kantor dikunjungi oleh orang-orang dengan kacamata hitam. Mereka mengenakan jas dan menyebut diri mereka pejabat pemerintah. Mereka menegaskan kalau tubuh itu memang Bob Marley. Bob Marley telah memalsukan kematiannya pada tahun 1981, dia bosan dengan semua perhatian media dan hanya ingin menjalani kehidupan yang tenang menjadi pengamen jalanan di Jamaika. Pemerintah Jamaika pun mengikuti rencana Bob Marley mengingat mereka akan menerima royalti dari album Exodus-nya.
Jacob Chambers pun menegaskan kalau pejabat pemerintah tersebut memindahkan tubuh Bob Marley dan hasil DNA-nya serta laporan kematiannya. Mereka pergi dengan sebuah peringatan bagi Jacob dan stafnya untuk tetap diam atau mereka akan menghadapi konsekuensi serius.