Nadisyah: Jazz, Gitar dan Liverpool F.C.
Rekan musisi dan penikmat musik yang tersayang! Salah seorang pendekar gitar (Jazz) Aceh yang juga seorang praktisi medis, dr Nadisyah akan memulai menulis kolom untuk acehmusician.org. Kami berhasil memintanya untuk membagi pengalaman dan info mengenai banyak hal, tidak hanya gitar dan Jazz. Tapi juga pengetahuan-pengetahuan mengenai kesehatan dan lain-lain, yang tentunya berkaitan dengan musik dan musisi.
Baiklah, sebuah perkenalan singkat mengenai Nadisyah Putra: dilahirkan 32 tahun lalu di Banda Aceh dari keluarga yang menekuni musik sebagai hobby yang serius. Ibunya adalah seorang pekerja medis yang dulunya seorang instruktur piano di Aprima Vista, sebuah sekolah musik yang sangat tua di Aceh, yang sayangnya sekarang tutup sejak diterjang ombak tsunami. Nadi dari kecilnya sudah sibuk dengan piano, sampai akhirnya tertarik untuk bermain gitar. Dari gitar klasik, Nadi kemudian memperdalam ilmunya di Moritza Music Club atau MMC (sekarang bernama Sekolah Musik Moritza) pada tahun 1993.
Di era ini Nadi membentuk band yang suka membawakan Jazz fusion dan funk rock, bernama Inset bersama Novan (keyboard), Jimmy (drum), Erwin (bass) dan Alfi (vocal), yang semuanya juga bergabung di MMC. Kemudian Inset bergonta-ganti personil: Mahfud (drum), Eko (drum), dan Resa (gitar). Dengan Inset, Nadi ‘cs sempat menjuarai beberapa kompetisi, bahkan sempat mendapat predikat gitar terbaik. Inset vakum ketika para personilnya mulai beranjak dewasa. Nadi sempat bergabung dengan Sanger band (rekaman untuk album kompilasi Doom’s Rock Recording Competition tahun 1997 di Medan bersama Ulis, Mahfud, Feri Jhon, dan Romy Tanzil), dan beberapa band-band lainnya.
Tahun 1999 Nadi diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Musik hampir total ditinggalkannya. Keinginan bermain musik muncul lagi ketika Nadi dikenalkan oleh 2 orang musisi Aceh yang sudah melanglang buana, Iwan Kadal dan Ulis, kepada sebuah komunitas musisi Jazz Medan yang dikomandoi oleh Tgk Churchill, seorang bangsawan melayu yang sudah bermain jazz selama puluhan tahun. Disini Nadi mendalami jazz lebih dalam bersama Emil Panggabean, Yusri dan Tgk Churchill sendiri. Kemudian Nadi diajak bergabung dengan band mereka dan bermain jazz secara reguler di beberapa hotel di Medan. Nadi sempat memperdalam ilmu gitar jazz dengan Codek (murid Donny Suhendra), Agam Hamzah, Pak Arif dan lain-lain.
Nadi bersama Rocksteady, menjadi juara regional Yamaha Asian Beat 2005 di Medan, dan terpilih menjadi gitaris terbaik pada Final Nasional – Yamaha Asian Beat tanggal 7 Januari 2006 di Balai Kartini Jakarta. Di tahun ini Nadi kembali ke Aceh dan mengabdi sebagai dokter PTT di pulau Simeulue selama 2 tahun. Tahun 2008 Nadi kembali ke Banda Aceh dan bersama Maiwan (bass) dan Mahfud (drum), dia membentuk sebuah trio jazz yang diberi nama The Magnificence dan bermain reguler di restoran The Big Fish Grill di Lueng Bata. Sebuah pengalaman yang unik karena baru kali itu ada klub Jazz di Aceh, dan mayoritas penontonnya adalah orang asing. The Magnificence dibantu Alfi dan Aulia Rohendi di vokal.
Di tahun yang sama Nadi membentuk sebuah projekan jazz rock bernama Virtuo Duo bersama gitaris Aceh lainnya, Denny Syukur. Virtuo Duo merilis mini album yang berjudul Primigravida yang diproduseri oleh Ulis. Virtuo Duo berkembang menjadi sebuah band dengan mengajak Ulis (bass), Jovnath (vokal) dan Eko (drum) dan berubah namanya menjadi Virtuo. Virtuo sempat menggarap album yang ditanggani langsung oleh Pay BIP bersama Yoel Vai (ex Metalstone, NuKla) dan Oky di studio Palu milik Pay di Jakarta. Sayangnya album tersebut terkatung-katung penggarapannya dikarenakan kesibukan pekerjaan masing-masing personilnya.
Pada tahun 2010 Nadi membentuk The Ace bersama Ulis, Haikal, Alfi dan Rendra di Jakarta. The Ace tidak berumur panjang walaupun sempat merekam sebuah demo album. Nadi mempersunting Halla Fitria pada tahun 2010 dan dianugrahi putra pertama pada tahun 2011.
Walaupun berdomisili di Aceh, Nadi kerap dipanggil ke Medan untuk bermain di event-event Jazz yang diadakan disana. Nadi sering mengiringi dan bermain bersama musisi jazz nasional seperti Donny Suhendra, Idang, Utha Likumahua, dan lain-lain.
Nadisyah dan keluarga pindah dan membuka klinik di Lhok Sukon pada tahun 2012. Tapi dia tetap mau pulang-pergi Lhoksukon-Banda Aceh hanya untuk: bermain Jazz!!
Seorang penggemar klub bola Liverpool F.C. dari kecil, Nadi hampir tidak pernah melewatkan kesempatan untuk menyaksikan pertandingan-pertandingan klub kesayangannya itu. Baginya, sepakbola adalah salah satu yang sangat penting dalam hidupnya.
Ketika ditanya siapa gitaris yang banyak mempengaruhi permainan gitarnya, dia menjawab: Pat Metheny, Joe Pass, John Scofield dan George Benson.
Untuk bincang-bincang mengenai gitar, jazz dan Liverpool, Dr Nadisyah dapat dihubungi di akun facebook anfield.man dan twitter @jazzalfath.
Nantikan kolom Nadisyah segera!!!
Salam
Pingback:Humas GMA kuliah ke Belanda - acehmusician.org