P. Ramlee Yang Ada Setelah Tiada

Oleh: Zulfadli Kawom

(sudah pernah dimuat di kolom tamadddun Koran Harian Aceh)

P Ramlee

P. Ramlee meninggal dunia pada tanggal 29 Mei 1973 saat berusia 44 tahun karena sakit jantung. Untuk mengenang jasanya, Yang Dipertuan Agung Malaysia memberikan penghargaan Bintang Kebesaran Darjah Panglima Setia Mahkota pada tahun 1990 dan menambahkan gelar Tan Sri pada nama Ramlee.Walau sudah meninggal lagu-lagunya maupun filmnya masih tetap dikenang dan selalu putar baik di Malaisya maupun di Indonesia.khusunya Aceh, mengapa Aceh? Selain tanah kelahiran orang tuanya,juga masyarakat Aceh di Pulau Pinang yang sudah menjadi warga negara Malaysia sangat mengenal keluarga P. Ramlee juga masyarakat Aceh yang mendiami Negara Bagian Kedah.

Sampai sekarang pun di Aceh kalau kita putar lagu-lagunya pasti tidak asing dan masih akrab ditelinga orang Aceh,misalnya pengalaman saya ketika memutar beberapa lagu P. Ramlee yang saya Download dari internet,banyak teman-teman atau orang tua bertanya”itukan lagu P. Ramlee?”. Pengalaman ini juga saya dapatkan ketika sedang duiduk di salah satu Kedai Kopi di Banda Aceh bersama Teuku Kemal Pasya dan Thayeb Loh Angen, Ketika saya putar, Teuku Kemal tiba-tiba berhenti menulis dan bertanya”Lagu P. Ramlee ya? Saya sering dengar sewaktu diMalaysia dan selalu menonton film-filmnya diputar di Stasiun Televisi Malaysia.Pernah juga saya memutar di Panteu Jaga dikampung,tiba-tiba Geusyiek Gampong (Kepala Kampung) lewat dan behenti,lalu berujar”Mantoengna lagu P. Ramlee bak droekeuh rupajih”(masih ada rupanya lagu P. Ramlee rupanya sama kamu).Pengalaman lain adalah ketika seorang teman dari Sigli Musmarwan Abdullah ketika berkunjung ke tempat saya,ketika saya coba nyanyikan lagu P. Ramlee spontan Musmarwan mengambil Gitar dan sangat piawai mengiringnya.

Puteh Ramlee atau lebih dikenal P. Ramlee atau nama sebenarnya Teuku Zakaria Teuku Nyak Puteh lahir di Pulau Pinang, 22 Maret 1929 adalah seorang aktor Malaysia pada tahun 1950-an, Ayahnya berasal dari Lhokseumawe,di Cunda daerah kawasan paloh Pineung (Aceh) yang menikahi Che Mah Hussein pada tahun 1925 di Kubang Buaya, Butterworth, Malaysia.

Ramlee menempuh pendidikan dasar di Sekolah Melayu Kampung Jawa dan kemudian ke Francis Light School. Setelah itu, Ramlee melanjutkan pendidikannya di Penang Free Schooll hingga meletusnya Perang Dunia II.

Film pertama yang dibintangi P. Ramlee adalah Chinta (1948) dengan peran sebagai penjahat dan penyanyi latar. Kesuksesannya terus berlanjut dan berperan dalam 27 buah film antara tahun 1948 hingga 1955.

Seniman berdarah Aceh ini mengawali kariernya didunia Seni berawal dari bermain ukelele, kemudian beralih ke alat musik gitar dan biola di bawah bimbingan Kamaruddin (pemimpin brass band di Penang Free School). Ramlee kemudian bergabung dalam Orkes Teruna Sekampung dan kemudian Sinaran Bintang Sore. Dia pernah menjadi juara lomba nyanyi yang diselenggarakan Radio pulau Pinang pada tahun 1947 dan terpilih sebagai Bintang Penyanyi Utama Malaya. Dalam lomba tersebut, Ramlee menggunakan huruf “P” (untuk Puteh) di awal namanya dan sejak saat itu nama P. Ramlee terus melekat hingga akhir hayatnya.

Namanya juga ditabalkan pada nama-nama jalan di di Kawasan Kuala Lumpur Malaysia,namun di Aceh kita bisa menjumpai namanya pada sebuah jalan di belakang kantor Kapolres Lhokseumawe di daerah Cunda.

395 lagu,66 film distrudarai dan di lakonkanya, film Bujang Lapuk sangat akrab di Aceh begitu juga di malasiya maupun singapura dan semenajng melayu lainnya.Lagunya Bujang Lapuk juga sangat terkenal,walau masih banyak film dan lagunya yang lain,karena keterbatasa informasi di Aceh hanay beberapa lagu dan filmya yang dikenal masyarakat Aceh,namun di Malaysia hampir setiap minggu diputar di stasuin TV ,bahkan di Malaysia film-film sudah diproduksi versi kartun.

Walau sangat terkenal dan di akui di Malaysia,namun Sutradara dan aktor film “Ragam P .Ramlee”, “Minta Nombor Ekor” dan “Damaq”. (dirilis Desember 1964). Filem “Minta Nombor Ekor” sempat dilarang oleh pemerintah Malaysia.

Penghargaan yang diterimanya juga tidak tanggung-tanggung pada Mei ,1956 Memenangkan “Best Music Score” dan “Best Supporting Actress” (Zaiton dalam film “Hang Tuah”), pada Festival Film Asia ke-3 di Hong Kong ,memenangkan kategori “Aktor Pria Terbaik” dan “Aktor cilik Terbaik” (Tony Castillo dalam film “Anak-ku Sazali”) pada Festival Film Asia ke-4 di Tokyo (Mei 1957).Berturut-turut pada Mei 1958 Memenangkan Kategori “Best Black and White Photography” (Abu Bakar Ali dalam film “Sumpah Orang Minyak”) pada Festival Film Asia ke-5 di Manila.Tahun berikutnnya yaitu pada bulai Mei juga pada tahun1959 lagi-lagi memenangkan Kategori Film Komedi Terbaik untuk film “Pendekar Bujang Lapok2 pada Festival Film Asia di Kuala Lumpur .Kemudian pada tahun 1970 bulan Mei beliau memenangkan kategori Film Komedi Terbaik (“Nujum Pak Belalang”) pada Festival Filem Asia ke-7 di Tokyo ).

Memenangkan kategori “Most Versatile Talent” dan “Best Black and White Photography” (Abu Bakar Ali dalam filem “Ibu Mertua Ku” ) pada Festival Filem Asia ke-10 di Tokyo (May 1963).

Mei 1964 Filem “Madu Tiga” menjuara kategori Filem Komedi Terbaik pada Festival Filem Asia ke-11 di Taipehdan Tepatnya tahun1965 kemabli memperoleh penghargaan “Penampilan Istimewa” dalam filem “Ibu Mertua Ku” pada World Film Festival, Paris.

Hampir Semua perantau Aceh di Malaysia generasi sekarang yang merantau ke negeri jiran malaiysia sangat kenal lagu-lagu maupun film-film P. Ramlee walau mereka tidak hidup dimasa P. Ramlee ,entah itu membeli CD atau menonton ketika disiarkan di Stasiun Malaysia.Kondisi sangat berbeda dan kontras terlihat di Aceh,bahwa CD-CD maupun Kaset P. Ramlee sangat sulit kita dapat, walau ketika ketika ditanyakan dan meminta, penjualnya tau P. Ramlee.P. Ramlee juga ssnagat dikenal di Riua dan Kepeluan Riau sekarang misalnya Batam,Tanjung Balai Karimun,Tanjung Pinag -Bintan.

Pernah juga terdengar bahwa di Lhokseumawe akan dibangun juga Mesium P. Ramlee semasa pemerintah dipimpin oleh Bupati Tarmizi Karim, namun sekarang tidak lagi terdengar wacana tersebut, walau rumah juga sebagai mesium P. Ramlee bisa kita lihat langsung kalau sewaktu-waktu berkunjung ke Pulau Pinang Malaysia. Budawayan dari Malaysia juga pernah berkunjung ke kampong orang tua P. Ramlee dalam Pertemuan utara yang di adakan di Lhokseumawe.Sebelumnya saya juga hamper serius menanggapi kelakar seorang teman pecinta musik dari Lhokseumawe namanya T.Syafwan Nazar Putra warga Kutablang,waktu itu dia pernah berkelakar dengan mengatakan bahwa P. Ramlee lahir di Paloh Pineung-Cunda Lhokseumawe Aceh Utara (sekarang Kota Lhkseumawe sudah pisah secara administrasi Negara dengan Aceh Utara), ”karena orang Malaysia tidak bisa mengucapkan Paloh Pineung, makanya dibuat Pulau Pinang tempat lahir P. Ramlee.” tambahnya.

Saya hampir mempercayainya karena masa itu sangat miskin informasi karena di Cunda memang ada kampong Paloh Pineung maka saya bertambah yakin dengan pekataan T.Syafwan tadi, namun setelah mendapatkan beberepa informasi dari Koran dan Internet saya kemudian untuk sementara mempercayai bahwa P. Ramlee lahir di Pulau Pinang,ayahnya berdarah Aceh lahir di Cunda Lhokseumawe.Walau masih banyak juga orang Aceh meyakini P. Ramlee orang Aceh dan lahir di Aceh.

Entahlah, seniman Multi talenta yang dianugerahi gelar “Ahli Mangku Negara (AMN)” oleh Yang Dipertuan Agung Malaysia ketiga, Raja HM Tuanku Syed Putra Jamallulai (3 Jun 1964) ini sempat menikah tiga kali dan meninggalkan tiga orang anak,yang pasti dia pernah hidup dan berkarya dan setia pada jalur yang dipilihnya,dia tetap hidup didunia lain,walau sduah meninggal dan menuju dunia lain.

Source: Facebook Note

Facebook Comments

One thought on “P. Ramlee Yang Ada Setelah Tiada

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.