Psycho Holic: Cerita Personil Band Metal Asal Aceh Keluar dari Jeratan Narkoba
Source: ATJEHPOSTcom | IHAN NURDIN | Foto : istimewa | Senin, 28 Januari 2013 17:05 WIB
MERASA aneh kalau tidak mengonsumsi narkoba. Itulah yang dirasakan oleh kelima personil band Psycho Holic. Jenis yang mereka konsumsi pun macam-macam, ada ganja, sabu-sabu, ada juga yang minum-minuman keras.
Psycho Holic merupakan band asal Aceh yang dibentuk pada September 2007 silam. Awalnya band ini beranggotakan Ori Anggara sebagai gitaris, Emrin Stein sebagai drummer, Pe-i sebagai bassist, dan Bobby sebagai vokalis.
Band ini hanya membawakan lagu-lagu dari kelompok metal Mudvayne. Namun kemudian memutuskan untuk memainkan musik pure metal hardcore dan hanya memebawakan lagu-lagu ciptaan mereka sendiri.
Tahun 2008 sang vokalis kemudian cabut, posisinya digantikan oleh Klart Moreti. Tak lama berselang bergabung Edo Rocha sebagai gitaris, Edo sebelumnya personil band Bulletproof Monks.
Sebagai anak band, mereka tentunya sering berkumpul bersama. Pada saat ngumpul bareng inilah biasanya mereka menggunakan narkoba.
“Dulu kalau nggak pake rasanya aneh,” kata drummer Psycho Holic, Emrin, kepada ATJEHPOSTcom, Senin, 28 Januari 2013.
Apalagi kalau sedang mendengarkan lagu pada saat latihan, dulu mereka sering mendengarkan lagu menggunakan tape recorder. Nah pada saat itu, jika sambil mengonsumsi narkoba perasaan jika sedang “on” semuanya menjadi lebih mudah.
“Cuma aku pikir-pikir setelah normal lagi, yang aku tangkap pada saat on tadi ilang lagi hehehe…” kata Emrin. Emrin sendiri hanya mengonsumsi jenis ganja, sementara teman-temannya ada yang memakai sabu. “Tergantung uang juga lah…” ujarnya.
Cerita mengonsumsi narkoba adalah cerita masa lalu bagi seluruh personilnya. Sekarang mereka tak pernah lagi menyentuh barang haram tersebut. Proses ini bermula ketika mereka hijrah ke Jogjakarta pada tahun 2003 silam. Sebagai perantau, hidup di Jogja boleh terbilang semuanya sangat terbatas, baik dari koneksi atau kondisi keuangan. Waktu itu mereka ngontrak di Jogja, hidup terasa seperti dikarantina kata Emrin. Ibaratnya jangankan berfikir untuk membeli narkoba, bisa bertahan hidup saja sudah syukur.
“Kalau kita mundur lagi ke belakang, yang paling berperan adalah niat dan lingkungan, kalau punya niat tapi lingkungan tidak mendukung juga berat,” katanya.
Setahun di Jogja, pada tahun 2004 mereka kembali ke Aceh, baru beberapa bulan di Aceh terjadi musibah tsunami. Saat itu studio mereka di Seutui terkena tsunami. Setelah tsunami beberapa personil dan teman-teman mereka juga sibuk dengan urusan masing-masing. Sehingga intensitas untuk bertemu menjadi berkurang. Diakui Emrin, hidupnya dan juga teman-temannya mulai teratur. Sejak saat itu hingga sekarang mereka tidak lagi mengonsumsi narkoba.
“Kalau sekarang saya pribadi di rumah juga tidak merokok, paling kalau ketemu teman-teman, seperti saya bilang tadi lingkungan itu sangat menentukan, kalau rokok susah untuk kita hindari karena di mana-mana kita melihat orang merokok,” ujarnya.
Sementara vokalis Klart Moreti mengatakan jika Psyco Holic adalah band metal syariah. Namun yang dimaksudnya tentu saja bukan genre musiknya, melainkan karena di Aceh, sehingga harus disesuaikan dan mematuhi aturan-aturan yang berlaku di Aceh. Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung.
“Band kami sama garangnya dengan band-band metal lainnya. Dan kami ganas lho kalau sedang di panggung, tapi ketika selesai manggung kami jadi biasa aja seperti orang Aceh lain pada umumnya,” ujarnya.
Maksud Klart, meski band mereka beraliran metal namun para personilnya tetap melakukan aktivitas sebagai musisi muslim seperti salat, mengaji dan tidak manggung atau latihan pada malam atau hari Jumat. Mereka juga tidak menganjurkan penggunaan narkoba dan alkohol pada penggemar.
“Yaaa beberapa yang saya sebut tadi mungkin tidak termasuk hukum syariah ya, mungkin lebih ke adat saja. Tapi apapun semuanya telah dijalankan di sini selama beratus-ratus tahun. Jadi tidak perlu kita persoalkan, dan tidak susah-susah sekali kan untuk dijalankan?”
“Jujur, di antara kami dulunya ada yang peminum dan mengganja. Tapi sekarang tidak lagi,” katanya lagi.
Sejak tahun 2010 lalu Pe-i hijrah ke Jakarta, dan posisinya digantikan oleh Devin Elfrans pemain bass kelompok Hoshin Enggi yang baru saja bubar.
“Devin cocok untuk menggantikan posisi Pe-i. Tanpa mengurangi rasa hormat, sepertinya formasi ini yang paling keren,” tambah Ori, gitaris.
Nama Psyco Holic sendiri diartikan oleh mereka sebagai sebuah kegandrungan akan kegilaan. “Kami gandrung membuat orang ‘gila’ dengan musik kami,” tambah Devin.
Kini mereka sedang merekam album pertama bertajuk Absolute Freedom. Ide album ini katanya berasal dari mimpi buruknya Ori. Ori juga bertanggung jawab membuat dan mengaransemen musik, sekaligus sebagai produser.[] (ihn)