Toyohashi University of Technology Jazz Club Jamming
By Teuku Mahlil | Drummer | Mahasiswa postgraduate Toyohashi University of Technology – Japan |
Sabtu malam lalu tepatnya 25 May 2013 aku menghadiri sebuah acara jazz yang bernama “TUT Jazz Club Jamming” di common room Toyohashi University of Technology (TUT) tempat aku melanjutkan study S2 saat ini. Aku diundang oleh TUT Jazz Club tersebut karena “dengan tidak disengaja” aku bertemu beberapa anggota club ini, dan kami berdiskusi mengenai music, hingga akhirnya mereka mengajakku jamming lagunya Jaco Pastorius yang berjudul “The Chicken” di studio mereka. Mereka sangat terkesan dengan permainanku dan mengundang aku untuk jamming bersama dalam event yang mereka adakan.
Acara TUT Jazz Club Jamming ini diisi dengan penampilan-penampilan yang luar biasa dari anggota TUT Jazz Club yang umumnya bermain swing jazz dan bossanova dengan sangat kental. Hampir seluruh player yang juga merupakan anggota club ini sendiri adalah orang Jepang, dan hanya aku dan seorang teman Pianis dari Mexico yang bernama Leo Gutierrez “sepenuhnya” orang asing. Dalam acara ini aku sempat jamming 2 lagu bersama para anggota club ini. Setelah jamming aku melihat sambutan dan applause yang sangat meriah dari seluruh hadirin yang mayoritas orang Jepang dan beberapa mahasiswa Eropa ini. Hal ini membuat aku jadi terbayang masa-masa indah saat manggung di Banda Aceh dulu, hanya saja disini tempatnya berbeda.
Setelah jamming banyak orang-orang yang datang berkenalan dengan aku dan mereka bilang sangat terkesan dengan permainanku. Mereka tidak menyangka ada mahasiswa Indonesia yang sangat cakap dalam bermusik, apa lagi datangnya dari kampung di ujung barat Indonesia, hehehehehe. Memang terkesan lebay yang aku tulis tadi, tapi inti yang mau aku sampaikan adalah kita para musisi Aceh punya kemampuan bermusik yang sangat baik dan terkadang melebihi kemampuan orang-orang dari negara maju sekalipun. Tapi selama ini pikiran kita “tersekat” dengan pemikiran bahwa orang luar itu hebat-hebat dan hal ini membuat kita menjadi tidak percaya diri untuk unjuk gigi diluar daerah kita.
“…selama ini pikiran kita “tersekat” dengan pemikiran bahwa orang luar itu hebat-hebat dan hal ini membuat kita menjadi tidak percaya diri untuk unjuk gigi diluar daerah kita”
Selama di Jepang aku sudah mengelilingi beberapa kota besar dan menyaksikan kemampuan player-player disini baik player Jazz, Rock, Pop dan genre lainnya. Dan setelah mengamati dan menilai, aku berani bilang kalau kemampuan musisi Aceh tidak kalah dan sama hebatnya dengan musisi-musisi Jepang. Malahan, lebih jujurnya aku mau bilang kalau di Aceh ada banyak musisi yang kemampuannya jauh melebihi kemampuan musisi-musisi disini. Jadi kenapa kita para musisi Aceh harus takut dan tidak percaya diri alias gak PD untuk tampil di luar Aceh atau diluar negeri sekalipun.
“…di Aceh ada banyak musisi yang kemampuannya jauh melebihi kemampuan musisi-musisi disini. Jadi kenapa kita para musisi Aceh harus takut dan tidak percaya diri alias gak PD untuk tampil di luar Aceh atau diluar negeri sekalipun.”
Jadi, mari semua para teman-teman musisi Aceh, kita harus percaya diri dengan kemampuan kita dan mari kita terus menghasilkan karya-karya yang hebat dan berprestasi di dalam maupun di luar daerah kita. Dan mari kita mempublikasikan hasil-hasil karya kita secara global (baik via youtube atau jejaring social lainnya) sehingga semua orang baik di Aceh, di Indonesia maupun di dunia dapat menikmati karya-karya kita dan musisi Aceh dapat menjadi acuan bagi musisi-musisi lain di luar Aceh di masa yang akan datang. \m/
Keep your spirit on and never give up on your music..!!!