Tribute musisi Aceh untuk sang idola
MUHAJIR ABDUL AZIZ | Minggu, 03 Februari 2013 08:33 WIB | Source: ATJEHPOSTcom |Dimuat di Atjeh Times edisi 35 tgl 4 Februari 2013 |
Enam band lokal asal Banda Aceh itu tampil silih berganti unjuk kemampuan menyanyi di atas panggung dengan gaya khas masing-masing. Kesamaan mereka hanya satu: vokalisnya perempuan.Malam itu, 19 Januari 2013, enam band lokal menyanyikan lagu-lagu milik Band Paramore. Band asal Amerika itu memang digawangi vokalis wanita: Hayley Williams. Itu sebabnya, acara malam minggu itu diberi tajuk: GMA Present Pramore Nite. GMA adalah singkatan dari Gabungan Musisi Aceh, penyelenggara acara. Enam band lokal yang unjuk gigi malam itu adalah Goodbye Farro, Waeo, Unbeliebers, Harnoys, Before Tomorrow dan Rosemarry.“Band ini sangat menginspirasi remaja sekarang karena leadernya adalah seorang wanita yang sangat flamboyan,” kata Teuku Mahfud, Ketua GMA.Pengunjung tumpah ruah di Haba Cafe, tempat pagelaran musik itu berlangsung. Hujan deras yang turun sempat membuat acara berhenti. Namun, antusias penonton tak surut. Mereka rela menunggu. Hasilnya, satu jam kemudian petikan gitar dan tetabuhan drum kembali menggema.“Kita ingin mengangkat eksistensi perempuan dalam dunia musik,” kata Mahfud. “Musisi perempuan Aceh harus bangkit.”***
Persembahan musik tribute untuk sang idola tak hanya berlangsung pada malam minggu yang basah itu. Jauh sebelumnya, pada 10 November 2012, acara serupa juga digelar. Pada hari pahlawan itu, yang menjadi bintang adalah Dewa 19, band asal Surabaya yang digawangi Ahmad Dhani.
Beberapa tembang lama yang hits pada masa 1990-an, kembali terdengar dalam riuh malam Banda Aceh. Penyanyinya tentu bukan Dewa 19, melainkan sejumlah kelompok band di Banda Aceh.
“Ini momen hari pahlawan, karena itu kita menggelar tribute to Dewa 19,” kata Teuku Mahfud.
Beberapa lagu lawas Dewa 19 malam itu meluncur dari mulut para penonton, mengikuti irama yang dinyanyikan para penyanyi. Kangen, Angin, Kirana, Elang dan beberapa lagu Dewa lain yang berasal dari masa lalu diangkat kembali dalam riuh malam Kota Banda Aceh.
“Ini lagu waktu pertama belajar gitar dulu, tak terlupakan,” kata Wahyu, seorang penonton yang dijumpai The Atjeh Times, ketika salah satu band yang tampil membawakan lagu Kirana. Lagu ini adalah karya Dewa 19 yang berasal dari album Pandawa Lima, yang dirilis tahun 1997. Wahyu, ketika lagu itu diluncurkan mengaku masih duduk di kelas 1 salah satu SMP di Banda Aceh, sekarang dia sudah bekerja di salah satu BUMN di Banda Aceh.
Hampir sebulan setelah malam itu, Jumat malam, 7 Desember 2012, GMA kembali membuat hajatan tribute. Kali ini, band yang berasal dari Gang Potlot di Jakarta, Slank, yang dijadikan target, Tribute to Slank.
Pementasan musik dari Slank ini lebih meriah dari yang sebelumnya. Lagu-lagu karya band yang dikenal punya pendukung fanatik Slanker ini meluncur deras di Haba Cafe.
The Atjeh Times yang hadir di cafe yang berada di depan kantor PLN Aceh itu tak mendapatkan tempat duduk. Penonton riuh sampai ke pinggir jalan. Semua lagu Slank yang dibawakan beberapa band itu bisa membuat para penonton berjingkrak dari atas kursi mereka. Mulai dari lagu santai hingga lagu keras Slank dinyanyikan malam itu. Sebut saja I Miss U but I Hate U, Tong Kosong, dan juga Virus.
***
Tribute untuk sang idola dilakukan GMA untuk mengapresiasi band-band besar yang telah melanglang buana dalam dunia musik. Tribute to Dewa 19 menjadi perhelatan perdana yang mereka lakukan.
Salah seorang panitia dari GMA, Teuku Syahputra Leotik mengatakan ide acara tribute tersebut berawal dari diskusi para musisi yang tergabung di GMA untuk mementaskan musik-musik yang berkualitas di Aceh.
Konsepnya, kata Teuku Syahputra, band yang tampil wajib membawakan lagu-lagu dari musisi yang di-tributekan.
“Kita ingin mengapresiasi band-band sudah punya nama besar dan melegenda, baik yang ada di Indonesia maupun yang ada di dunia,” kata musisi yang biasa dipanggil Petrozo ini kepada The Atjeh Times, pekan lalu.
Dari perhelatan itu diharapkan para musisi Aceh dapat mengambil pelajaran dari band tersebut, mulai dari merintis karir, hingga menjelma menjadi musisi handal. Selain itu, band lokal punya panggung untuk unjuk kualitas.
Dalam setiap pementasan tribute, panitia juga menyuguhkan informasi tentang band tersebut. Slide show disiapkan untuk memberikan informasi. Petrozo mengatakan, info itu mulai dari sejarah berdirinya band, sepak terjang, kisah personil mereka, hingga ciri khas band itu dalam bermusik.
“Informasi ini penting untuk pengetahuan para musisi Banda Aceh, agar mereka tahu bagaimana perjalanan sebuah band menjadi besar,” kata Petrozo.
Ketua GMA Teuku Mahfud mengatakan mereka juga akan melaksanakan tribute untuk beberapa band besar lain seperti legenda band rock Indonesia God Bless dan juga band metal dari Amerika Serikat Metallica. Selain band metal itu, juga untuk musisi kritikus sosial Indonesia Iwan Fals. Tribute untuk God Bless dan Metallica rencananya digelar pada Maret 2013.
Untuk Metallica, katanya, mereka ingin mengangkat momen 26 tahun album Master of Puppets, salah satu dari album terbaik yang pernah diciptakan band yang digawangi Lars Ulrich itu.
“Itu hanya momen saja, yang penting adalah kita ingin katakan Metallica salah satu band terbaik yang pernah ada,” kata Mahfud.
Mahfud dan Petrozo berharap tribute untuk sang idola yang mereka gelar bisa membangkitkan kembali kejayaan musisi muda Aceh. Sesuai dengan cita-cita GMA yang didirikan tahun lalu, Mahfud dan Petrozo berharap musisi Aceh bisa kembali mendapatkan tempat di pentas nasional.
“Musisi kita sangat diperhitungkan beberapa dekade lalu, dan kita ingin itu kembali,” kata Petrozo. []