Wawancara Rob Freakenstein: Aceh yang paling nyantol dah!

Source: Istimewa
Source: Istimewa

Gitaris Banda Aceh mana yang tidak kenal dengan Robby “Glyph” Freakenstein?  Pembawaan yang ramah dan santun, ditambah skill bermain gitar yang keren dan sangat “shred“, membuat gitaris yang berdomisili di Malang ini sangat berkesan bagi musisi-musisi Banda Aceh. Awal perkenalannya dengan GMA adalah disaat Robby bersama Aziz Jamrud memberikan klinik gitar ArtRock pada Piasan Seni 2012 tahun lalu (courtesy of Tango Musik dan FAM Studio). Robby dan Aziz yang merupakan endorser ArtRock Guitars menunjukkan kebolehan mereka didalam memainkan gitar, dilanjutkan dengan jam session yang sangat atraktif bersama musisi-musisi Aceh yang tergabung di dalam GMA.

Walaupun hanya dua hari berada di Banda Aceh, Robby tetap menjaga hubungan pertemanannya dengan musisi-musisi Aceh dengan tetap menyapa dan berdialog di sosial media seperti Facebook dan Twitter. Bahkan kepada kami, Robby sempat berkata: “Saya sering ke luar kota, but Aceh yg paling nyantol dah!” untuk mempertegas kecintaannya terhadap teman-temannya di Aceh. Tidak hanya itu, Robby juga menyumbangkan dan membagi ilmunya mengenai gitar yang tertuang di dalam rangkaian tulisan untuk musisi-musisi Aceh (Baca artikelnya di acehmusician.org dengan tag: Bedah Gitar).

Bersama Glyph sejak tahun 2005, Robby telah menjajah dunia persilatan musik di Malang dan sekitarnya dengan menjuarai banyak kompetisi band.

Kami berhasil mendapatkan sebuah wawancara eksklusif bersama Gitaris kelahiran Balikpapan 30 tahun yang lalu.

T: Robby, sejak kapan mulai belajar gitar?

J: Sejak tahun 1996, waktu itu masih 13 tahun. Masa transisi nyobain banyak hal. Sebelumnya aku komikus dan pelukis.

T: Waaah, serius?

J: Karena mama saya pelukis tapi juga pintar main gitar hehehe. Akhirnya suatu hari lagi lihat majalah Hai, ada sosok James Hetfield dari Metallica, lihat tongkrongannya… jadi kepingin main gitar hahaha..

T: Jadi belajar gitarnya dari Mama? ada ikutan kursus?

J: Dari Mama and Kakak yang duluan belajar gitar klasik. Tapi saya gak pernah kursus sama sekali. Cuma belajar dari majalah kord-kord gitar gitu. Terutama dari bukunya G.S. Pardede dan majalah MBS (Music Book Selection). Kakak saya juga sangat berjasa mengarahkan saya.

T: Itu ketika masih di Balikpapan yaaa?

J: Yup bener, masih stay di Balikpapan

T: Bisa serius main gitar itu bagaimana awal ceritanya?

J: Tahun 1998, saya total berhenti melukis. Setiap hari cuma gitaran aja yang ada di pikiran saya. Tahun 1999 saya hampir gak naik kelas (1 SMA) gara-gara gitar hahaha… Tapi saya sadar pendidikan itu penting. Hingga lulus SMA tiap hari belajar gitar. Gak pernah sempat pacaran, bahkan jarang nongkrong sama teman-teman sekolah,

T: Makanya dijuluki ‘freak’ hahaha?

J: That’s rightFreak hahahaha. Tahun 2001, hijrah ke Malang, dan disinilah saya belajar banyak soal musik. 2006 saya dan beberapa teman gitaris lain dipercaya menggantikan Abdee Slank untuk klinik gitar merek Extreme. Kemudian mendampingi Sony J-Rock untuk gitar Marlique (sekarang Radix). Mulai 2007 saya sering diajak klinik gitar di Malang saat pameran musik. Hingga 2010 saya berkenalan dengan Artrock guitars, 2011 di-endorseand the story goes. Jadi kenapa serius di musik dan gitar? Saya pikir waktu yang saya jalani mulai belajar main gitar sampai sekarang, sangatlah penuh perjuangan. Gak rela saya lepasin gitu aja hehe

T: Bagaimana dengan keluarga? Apakah mereka mendukung?

J: Tahun 2003 Ayah saya membelikan sebuah gitar yang menurut dia adalah “investasi”. Sekarang Alhamdulillah udah “berbunga” hehehe.  Merknya Squier Showmaster. Sekarang masih saya simpan di kamar saya. Gitar yang sudah habis saya “perkosa” hahaha. Balajar setting, wiring, dan lain-lain dahWell, at least ayah saya sudah memberi ijin saya untuk bermusik hehehe …

T: Anda sangat beruntung!

J: Alhamdulillah, Allah mempercayakan kesempatan-kesempatan itu.

Source: Istimewa
Source: Istimewa

T: Siapa gitaris yang menjadi influence kamu?

J: Kalo di luar negeri, Eddie Van Halen pastinya. Saya waktu TK suka sekali menyenandungkan intro “When it’s love”. Saat SMA saya baru tahu, itu lagunya Van Halen. Dan Mama saya ketawa saat saya menyadari hal itu. Lalu Kirk Hammet, Paul Gilbert, Gary Moore, dan Joe Satriani. Kalo dalam negeri, Eet Syahranie. Waktu SMA mulai dengerin lagu-lagu Edane. Hingga tahun 2006 bisa ketemu beliau, memberi CD band saya, dan sekarang jadi teman baik hahaha … John Paul Ivan, Edo Widiz, Azis Jamrudwell dulu mereka idola-idola saya, sekarang bisa kerja bareng mereka. Rasanya saya gak pantes mengeluh lagi hahaha … Jadi bisa bayangin kan perasaan saya waktu main ke Aceh bareng Kang Azis? Hehehehe …

T: Pasti senang yaaa? Once again, You’re a very lucky guy!

J: Berasa mimpi saya, udah jadi kenyataan semua. Sampai banyak teman-teman nge-band saya jaman SMP dan SMA yang heboh lihat foto-foto itu hahaha.. Alhamdulillah.

T:  But you deserve that! Sudah bekerja keras selama ini

J: Thank you. Pokoknya saya masih terus berjuang. Banyak impian-impian yang ingin saya capai.

T: Ceritain mengenai album-album kamu?

J: Pertama kali bikin album itu tahun 1998. Rekaman di kamar hanya pakai tape recorder. Semua musik saya program di keyboard. Hasilnya kaset ala kadarnya hahaha. Yah isinya cover version beberapa lagu kesuakaan saya. Album berikutnya tahun 2002. Sudah pakai lagu sendiri semua. Temanya lebih ke Rock n’ Roll. Judul albumnya Flower in the middle of Two Stars. Pada tahun 2004, bikin mini album “Guardian Angel”. Mulai rekaman pakai PC. Tahun 2005, album repackage (lagi musim tahun itu ya hehehe). Isinya ya dari Guardian Angel dan beberapa lagu baru. Tahun 2007, Glyph ikut kompilasi band-band Indie di Malang. Sampai dibuatkan videoklip. Tahun 2010, Glyph membuat album Hieroglyph. Sempat saya bagikan gratis di Jakarta waktu acara Japex. Tahun 2012, album Imajinasi. Ini pencapaian terbaik saya sejauh ini. Album yang saya mulai tulis sejak 2009 tepatnya. Banyak yg bilang pesan dari masing-masing lagu, bisa tersampaikan. Seperti lagu “Manis” yang saya tulis beradasarkan perasaan saya waktu pertama kali bertemu pacar saya. Sampai lagu “Main Gila” yang kata teman-teman saya bisa membawa ke suasana have fun hahaha. Dan sekarang saya sudah mulai rekaman untuk album berikutnya. Salah satu nya ya lagu “Senangnya di Aceh” hehehe … Berkarya gak boleh stop lah hehe … Harus kontinyu dah

Cek Video Senangnya di Aceh berikut ini:

T: Nanti kalo albumnya udah kelar, harus didistribusikan ke Aceh juga yaaaa??

J: Insya Allah… Amin Jadi pengen sering-sering ke Aceh

T: Ceritain mengenai gitar ArtRock yg kamu pakai? Apa yang menyebabkan kamu nyaman dan senang dengan gitar tersebut?

J: Yang membuat saya memilih Artrock adalah Look, Playability, dan Sound. Semua dalam sebuah paket gitar yang berharga ceng li (wajar). Tiap saya merekam solo gitar di studio, pasti balik ke Artrock RTL-130Q FR hahaha … Padahal ada banyak type Artrock yang ada di studio saya. Tone-nya bisa menembus ke semua mix sound saya. Well… mungkin karena terbiasa juga kali ya?

T:  Karena biasa, pakai yang lain jadi gak nyaman?

J: Nah mungkin itu! But, so far saya juga sering pakai type lain, apalagi kebutuhan di GLYPH itu berbeda. Jadi ada 2 setup untuk show-show saya.

T: Yang 1 lagi itu tipe apa?

J: RMF-100FR  Artrock yang pertama kali saya beli. Warnanya marbleLook-nya eye catching sekali waktu awal mau beli hahaha …

T: Apa impian kamu yang belum tercapai?

J: Saya pengen naik haji! Pengen keliling dunia dengan gitar saya! Dan yang pasti ingin jadi inspirasi buat teman-teman musisi lainnya!

T: Amin semoga bisa terwujud.

J: Amin!

Discography

SOLO:

  • Flower in the middle of Two Stars (2012)
  • EP Guardian Angel (2004).
  • Guardian Angel (repackage) (2005)
  • Imajinasi (2012)

Dengan GLYPH

  • Kompilasi Band Indie Malang (2007)
  •  Hieroglyph (2010)

Social Media

 

 

 

 

Facebook Comments

3 thoughts on “Wawancara Rob Freakenstein: Aceh yang paling nyantol dah!

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.