Live Review: Launching debut album Tikam “Jurnal Amarah”
Minggu sore lalu (23/7), sekitar pukul 15.00 WIB, penonton launching debut album Tikam “Jurnal Amarah” mulai berdatangan, karena di poster acara memang tertulis acara berlangsung pukul 16.00 WIB. Namun pertunjukan band baru akan dimulai pada pukul 18.00 WIB setelah shalat Maghrib. Panitia yang terdiri dari seluruh personil serta crew Tikam tampak bersantai mengobrol dengan teman-teman yang datang dari jauh, sebelum nantinya sibuk menjalankan acara.
Para personil Tikam yang baru menyelesaikan soundcheck pun kemudian menyusul bergabung dengan teman-teman yang lain. Sebagian ada yang melayani interview rekan-rekan media, yang lain ada yang asik mengobrol dengan kawan-kawan luar kota. Banyak pengunjung sengaja datang awal agar tidak mengantri untuk mendapatkan CD serta merchandise Tikam yang dijual di halaman galeri M Radio 98.8, Jl. Ngagel Madya 15-15A, Surabaya.
Setelah shalat maghrib, acara pun dibuka dengan penampilan pendatang baru asal Sidoarjo Easthawx. Band dengan konsep nu school hardcore ini berhasil membuat orang-orang yang sedang asik ngobrol di luar merapat ke dalam. Kemudian dilanjut dengan penampilan dari Black Rawk Dog yang merubah arena moshpit berbahaya menjadi arena dansa. Para pengunjung rupanya penasaran dengan band celtic punk asal Sidoarjo yang kebetulan bulan Juli ini juga baru saja merilis EP pertamanya “Suburban’s Folk Stories”.
Alunan distorsi tipis diiringi dengan banjo serta flute dari Black Rawk Dog memaksa kaki untuk bergerak menendang-nendang lantai dansa, membuat suasana semakin meriah.
Setelah itu giliran performer berikutnya Strength Of Change naik ke atas pentas. Band hardcore yang cukup lama tidak terlihat ini rupanya belum kehilangan kharismanya. Terlihat para penonton berubah agresif mengikuti beat cepat yang mereka mainkan sehingga memicu para pengunjung lain yang sedang bersandar untuk ikut bergabung di arena moshpit.
Lalu penonton dihajar lagi dengan penampilan dari Pollar 33. Sesuai dugaan, band yang mengusung konsep melodic hardcore ini berhasil mengundang para hardcore kid yang dari tadi berdansa liar untuk maju berebut microphone menyambut ajakan dari Bryan si vokalis untuk sing a long meneriakkan lirik-lirik sosial ala Pollar 33.
Baca artikel mengenai profile Tikam di-SINI
Malam semakin kelam. Panitia kembali membakar dupa yang mulai habis di berbagai sudut ruangan untuk menjaga atmosfer mencekam di ruang galeri yang menjadi rumah Tikam untuk satu malam ini. Setelah itu pembawa acara memanggil penampil berikutnya yaitu Simpulmati, regu death metal pendatang baru yang manuvernya cukup berbahaya di scene lokal ini berhasil membuat penonton terpukau. Dengan membawa megaphone sang vokalis berorasi, membuat suasana semakin menegangkan. Penonton pun tampak terbius dengan musik dan lirik sadis merka.
Semakin dekat dengan puncak acara, giliran Flowdown yang memanaskan panggung untuk Tikam yang menjadi raja pada malam ini. Regu hardcore yang banyak mencampurkan formula musik Pantera ini menjadi pemanasan sebelum hidangan penutup. Riff groovy disajikan dengan distorsi tebal, serta hentakan drum yang gagah yang tidak mungkin tidak disukai oleh penonton. Tampak penonton membanting-banting kepala serta badannya keatas dan kebawah merespon distorsi yang dihempaskan begitu saja ke telinga mereka.
**
Durasi 30 menit untuk masing-masing band serta rundown yang didesain membangun mood membuat pengunjung puas dan tidak merasa bosan. Tanpa sadar Mereka sudah meliar selama tiga jam di depan panggung. Waktu sudah menunjukkan angka 21.00 menandakan bahwa puncak acara telah tiba.
Panitia menambah jumlah dupa yang dibakar, penonton mulai berteriak-teriak memanggil Tikam berulang-ulang kali. Suasana semakin panas, para personil Tikam pun semakin bersemangat tidak sabar untuk meledakkan amplifier tepat di telinga mereka dan naik ke atas panggung. Tidak perlu waktu lama untuk persiapan, Tikam pun memainkan Prakacau sebagai lagu pembuka. Sebelum lanjut ke lagu berikutnya, Bayu si vokalis mengucapkan rasa terima kasih dari seluruh team kepada semua yang telah datang dan mendukung acara ini.
Pukulan hihat tiga kali sebagai aba-aba untuk lagu berikutnya, membuat Tikam langsung menghajar penonton dengan tiga lagu sekaligus yaitu Agitasi, Tanda Tanya dan Mangsa. Arena moshpit langsung agresif seketika, mengikuti deru blasting drum tanpa ampun dari Wawan yang baru sembuh dari cidera.
Selain suara distorsi dan raungan vokal kejam ala Tikam, juga terdengar samar-samar suara nafas penonton yang mulai tidak teratur, menandakan moshpit sudah sangat maksimal. Tikam pun memberi jeda sejenak untuk mengambil nafas sebelum memasuki lagu keempat.
Namun Cak Boker sang bassist rupanya tidak mengizinkan amplifiernya beristirahat. Sementara para penonton mulai mengumpulkan nafasnya, Cak Boker membawakan track instrumental berjudul Suram. Secara reflek Bayu langsung berorasi dan memanggil Eltikei salah satu senior hiphop kota Pahlawan untuk bergabung ke dalam panggung membawakan sebuah lagu berjudul Kekal.
Seharusnya pada lagu tersebut Tikam berkolaborasi dengan Eltikei dan Bonky. Sayangnya, Bonky tidak bisa hadir karena sedang tour bersama Kobe. Penonton kembali meliar kali ini mengikuti irama groovy hasil akulturasi dari musik metal ala Tikam dan juga hiphop. Eltikei melancarkan serangan vokal cepat, ditambahi dengan beberapa freestyle yang tidak terdapat dalam lirik aslinya. Membuat penonton klimaks dalam serbuan distorsi.
Setelah Eltikei pamit turun panggung dan bergabung dengan penonton lainnya, Band ini lanjut dengan amunisi berikutnya yaitu Agenda Pengalihan. Lagu ini pun sukses membuat penonton menggila hingga terjadi stage diving untuk kesekian kalinya. Sebelum lanjut ke lagu berikutnya Bayu kembali berorasi dan memanggil Gilang Amonra untuk berbagi panggung membawakan lagu Batas Luka.
Dengan tiga gitaris sekaligus di atas panggung, ditambah satu bassist penonton semakin tidak sabar untuk mendengarkan seberapa kental distorsi yang akan disajikan kali ini. Lagu ini diawali puisi berbahasa Jawa yang dibawakan penuh emosi oleh Bayu, sambil diiringi petikan gitar dari Gilang. Aroma dupa membuat pengunjung merinding terhanyut dalam syahdunya petikan gitar nan merdu. Tiba-tiba penonton dikejutkan dengan hentakan drum tanpa ampun. Tanpa diperintah penonton yang sebelumnya berdiri khusyuk kembali meliar seakan tidak mengenal lelah.
Benar saja, distorsi yang sangat tebal membuat penonton kembali klimaks untuk kesekian kalinya. Akhirnya Tikam telah sampai pada amunisi terakhir. Malam itu, mereka hanya membawakan sembilan dari 14 lagu yang ada dalam album “Jurnal Amarah”. Lagu Sumpah Belati pun dijadikan jurus andalan untuk menutup acara malam itu. Meski penonton berteriak kecewa, namun Wawan tidak peduli dan memukul hihat tiga kali untuk memulai lagu. Penonton kembali meliar, berlarian, melompat dan saling menghantamkan diri. Kemudian berteriak dan memberikan tepuk tangan saat Fajar sang gitaris memainkan part solonya.
Lagu pun berakhir, penonton berteriak meminta encore. Mereka berteriak berulang kali sambil mengacungkan telunjuk, dengan maksud agar Tikam memainkan satu lagu lagi. Salah seorang penonton berteriak “Mangsa“, diikuti dengan penonton lainnya yang juga meminta lagu Mangsa untuk dimainkan lagi sebagai penutup acara. Wawan yang sudah dalam posisi terlentang di samping set drum pribadinya itu pun harus kembali ke posisi untuk meladeni para pengunjung yang terlanjur menggila.
Jam sudah menunjukkan pukul 22.15, dan acara pun berakhir. Semua orang berlari ke panggung untuk berebut foto bersama. Para panitia berlarian meninggalkan postnya agar tak ketinggalan momen. Rekan-rekan media serta photographer juga langsung mengambil posisi untuk mengabadikan momen hangat ini.
Tepuk tangan meriah serta teriakan ekspresi lega dari para personil, panitia dan sahabat-sahabat yang datang mengucapkan selamat kepada Tikam menjadi pemandangan yang menyenangkan. Mereka sibuk berpelukan, berjabat tangan berulang-ulang sambil melemparkan senyuman seakan-akan dibalik tampang seramnya mereka adalah manusia paling ramah.
Acara launching debut album Tikam terbilang sukses, pengunjung yang hadir pun dari berbagai elemen musisi serta pelaku industri kreatif. Banyak wajah-wajah akrab yang terlihat di barisan penonton, mulai dari musisi pop, hiphop, jazz, beatbox, punk, hardcore, hingga metal, semua tampak bersenang-senang merayakan debut album Tikam seakan-akan perbedaan selera musik bagi mereka bukan lah masalah.
Sekali lagi, selamat untuk Ahmad “Cak Boker” Badaruzzaman, Bayu Karna, Bima “Kordes” Reza Sukmana, Fajar Ainurrofiq, dan R Wiryawan Surya Kusuma! Satu tahap sudah selesai, tahap berikutnya sudah menunggu. Keep on rocking dudes!
*****