Mengatasi Sakit dan Nyeri Akibat Bermain Musik

klinik nyeri musisi

Pemain biola terancam eksim, nyeri sendi, kejang otot dan tinitus – sekitar 70 persen musisi profesional menderita penyakit akibat pekerjaan mereka. Namun kini ada klinik bagi musisi di Düsseldorf.

“Jari-jari saya sakit semua, dan secara tidak sadar bentuknya lama-kelamaan menjadi bentuk tangan seseorang yang hendak mencakar” – itulah gambaran Robert Schumann atas kondisinya. Kini diketahui bahwa komponis tersebut menderita kejang musisi, yang secara ilmiah disebut focal dystonia. Penderita kondisi yang sama adalah pianis Amerika, Leon Fleischer, yang sejak tahun 60-an tidak dapat lagi menggunakan tangan kanannya.

Penyakit musisi lain yang cukup terkenal termasuk radang jempol pianis Murray Perahia dan penyanyi tenor Rolando Villazon yang kehilangan suara. Ketegangan fisik yang dihadapi musisi dapat dibandingkan dengan atlet profesional.

Namun kalau dunia medis olahraga sudah cukup mantap, arena medis serupa bagi musisi baru saja mulai berkembang. Sejumlah akademi musik di Jerman kini mulai dilengkapi klinik bagi musisi, meski seringkali hanya ada seorang dokter yang praktek.

 Pengecualian terwujud dalam sebuah klinik musisi di Düsseldorf, yang didirikan dua tahun lalu oleh seorang jurnalis musik, pemain organ dan dokter Wolfram Goertz. Terintegrasi dengan klinik universitas setempat, institusi milik Goertz termasuk dalam sebuah jaringan yang mencakup para ahli saraf, ahli ortopedi, ahli bedah tangan, psikolog dan psikoterapis.

Instrumen di ruang tunggu

“Umumnya seorang pasien yang datang ke kami sudah pernah mendatangi sedikitnya dua atau tiga ahli medis lain yang tidak berhasil menemukan penyebab rasa sakit,” kata Wolfram Goertz. “Bagaimanapun, dokter-dokter tadi tidak ada yang memeriksa pasien mereka saat sang pasien memegang instrumen musik.”

Itulah mengapa musisi yang ingin berobat ke Düsseldorf diminta untuk membawa instrumen mereka ke klinik universitas. Para dokternya pun memiliki pengalaman bermusik dan memahami pergerakan fisik yang dituntut instrumen tertentu.

Dokter dan musisi: Wolfram Goertz “Musisi seringkali harus mengambil posisi ‘abnormal’ untuk bermain. Ini dapat menyebabkan sakit kronis seiring waktu,” jelas Goertz. “Pemain biola kerap bermasalah dengan bahu mereka; pemain cello dengan sendi pelana jempol. Pemain alat musik tiup logam sering bermasalah dengan bibir dan otot wajah, dan mereka juga acapkali mengeluh pusing. Demam panggung juga tentunya masalah besar.”

Atlet di atas panggung

Sebelum musisi berkunjung ke klinik di Düsseldorf, Wolfram Goertz terlebih dahulu melakukan pemeriksaan melalui telepon. Setiap musisi mendapat rencana latihan tersendiri.

“Mereka harus menyadari bahwa mereka adalah atlet berperforma tinggi,” ujar Goertz. “Seperti Usain Bolt yang melakukan pemanasan sebelum lari cepat 100 meter, musisi juga harus meluangkan waktu 10 menit untuk bersiap dengan latihan peregangan. Baru setelah itu mereka dapat bermain musik.”

Ahli saraf Ulrike Kahlen dan ahli bedah tangan Tim Lögters memeriksa seorang gitaris Ahli saraf Ulrike Kahlen dan ahli bedah tangan Tim Lögters memeriksa seorang gitaris

Reputasi yang terus tumbuh

Bahkan saat kunjungan ke klinik musisi, setiap pasien melewati berbagai departemen dan mendapat pemeriksaan dari beragam ahli.

Institusi ini telah merawat lebih dari 500 pasien, dan reputasinya sudah menyebar hingga ke orkestra-orkestra besar di berbagai penjuru Eropa.

“Kami pernah kedatangan musisi orkestra dari Concertgebouw di Amsterdam,” tutur Goertz. “Daftar pasien kami termasuk separuh anggota orkes simfoni radio Jerman. Dan pada April 2013, kami memulai kemitraan dengan Orkes Simfoni Duisburg. Kami sekarang bisa dibilang tim dokter mereka – merawat setiap musisi, tapi juga menawarkan obat-obatan yang bersifat preventif.”

Source:  DW.DE
Facebook Comments

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.