Mengenang Ismail Marzuki (1914 – 1958)

HariPahlawan

Dalam rangka memperingati Hari Pahlawan Nasional 2013, redaksi acehmusician.org menulis brief biografi Pahlawan Nasional  satu-satunya di bidang Seni, Ismail Marzuki.

Ismail Marzuki adalah komposer Indonesia yang terkenal dengan karya-karya seperti Juwita Malam, Sabda Alam, Rayuan Pulau Kelapa, Sepasang Mata Bola, dan lain-lain.

Ismail dilahirkan pada tanggal 11 Maret 1914 di Kwitang, Senen, Jakarta, putra dari Marzuki, seorang pegawai Ford Reparatieer. Ismail kecil ditinggalkan ibunda tersayang yang meninggal ketika dia berusia tiga bulan. Kakaknya Anie Hamimah yang berusia 12 tahun menjadi pengasuh hingga dia besar.

Musik menghiasi masa kecil Ismail, yang kerap dipanggil dengan Mail atau Maing. Ayahnya punya kemampuan untuk membeli gramaphone dan mempunyai koleksi piringan hitam yang lumayan banyak. Ayahnya juga membelikan berbagai jenis alat musik untuk Ismail. Ketika bersekolah di MULO, Ismail bermain banjo dengan sebuah grup musik yang memainkan musik dixieland. Ismail sangat rajin masuk pustaka dan  mempelajari buku-buku mengenai teori musik, tangga nada dan ilmu melodi. Ketika tamat Sekolah Menengah Ismail sudah mahir memainkan gitar, banjo, mandolin, piano, harmonium, accordion, ukulele, rebab, harmonika, biola, dan lain-lain.

Lagu karangan pertamanya O Sarinah, diciptakan ketika ia berusia 17 tahun pada tahun 1931. Keroncong Serenata diciptakannya pada tahun 1935.  Tahun 1936 Ismail bergabung dengan orkes musik Lief Java sebagai pemain gitar, saxophone dan harmonium.

Pada tahun 1937, Ismail Marzuki dipercaya menggarap musik untuk film Terang Boelan yang disutradrai oleh Albert Balink dan dibintangi Rd Mochtar. Film Terang Boelan meledak dan nama Ismail kian terkenal.

Pada tahun 1939, Ismail menciptakan  Als de Ovehedeen, Als’t Meis is in de tropen, Bapak Kromo, Bandaneira, Olee lee di Koetaradja, Rindoe Malam, Lenggang Bandoeng, Melancong ke Bali. Lagu-lagu ini terkenal tidak hanya di Hindia Belanda, tetapi juga hingga ke negeri Belanda. Radio Hilversium Nederland sering memutarkan lagu-lagu tersebut.

Pada tahun 1940 Ismail menikahi Eulis Zuraidah. Mereka tidak dikaruniai anak dan kemudian mengangkat seorang anak bernama Rachmi Aziah.

Pada tahun 1942 Jepang datang menguasai Hindia Belanda. Di era ini Ismail membuat lagu “Bisikan Tanah Air” serta “Indonesia Pusaka” yang patriotik. Kedua lagu tersebut disiarkan secara luas di radio yang menyebabkan dia sempat dicurigai oleh Jepang. Ismail juga menciptakan lagu mars ”Gagah Perwira” untuk pasukan Pembela Tanah Air (PETA), . Pada 1944, ia mencipta lagu ”Rayuan Pulau Kelapa”.

Ismail Marzuki bergabung dengan Radio Republik Indonesia (RRI) setelah Indonesia merdeka sebagai komposer dan pemimpin orkestra. Di bawah naungan RRI Jakarta, Ismail membentuk Empat Sekawan, yang terdiri dari Saleh Soewita (gitar), Ishak (contra-bass), Jachja (biola), dan Ariston da Cruz (piano; musisil Filipina yang kemudian mengubah nama menjadi Arief Effendi).  Acara musik Empat Sekawan di RRI Jakarta diberi tajuk Hiboeran Pahlawan, Hiboeran Oentoek Tentara Angkatan Laoet dan Oedara RI, Hieboeran Malam Minggu, Hiboeran Petang, Penawar Rindoe, dan Alam Ria Indonesia. Empat Sekawan juga turun langsung  menghibur para pejuang dan masyarakat.

Lagu-lagu karyanya pun mengudara ke pelosok negeri menyemangati bangsanya yang sedang berjuang mempertahankan dan mengisi kemerdekaan Indonesia. Ismail memilih mogok kerja ketika kantor RRI Jakarta direbut pasukan Sekutu.

Pada tahun 1956, Ismail Marzuki sakit namun sempat menuliskan lagu terakhirnya, yang diberi judul “Inikah Bahagia?” Pada 25 Mei 1958, di usia 44 tahun, Ismail meninggal di Kampung Bali, daerah Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Sepanjang hayatnya Ismail sudah mencipta lebih dari 200 lagu. Pada tanggal 10 November 1968 Gubernur Jakarta Ali Sadikin memberi nama pusat  kesenian Jakarta sebagai Taman Ismail Marzuki yang berlokasi di Jalan Cikini, tak jauh dari Kwitang dimana sang maestro dilahirkan.

Pada tahun 2004 dia dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia di bidang seni.

Ismail Marzuki merupakan seorang nasionalis tulen yang setia kepada cita-cita perjuangan kemerdekaan, kepada kehidupan rakyat dan kepada ibu pertiwi.

Selamat Hari Pahlawan! Jasmerah!

List Parsial Lagu Karangan Ismail Marzuki:

  • Aryati
  • Bandaneira
  • Bandung Selatan di Waktu Malam (1948)
  • Beta dan Ayunda
  • Gagah Perwira (1944)
  • Gita Malam
  • Gugur Bunga
  • Indonesia Pusaka
  • Jangan Ditanya
  • Juwita Malam
  • Karangan Bunga dari Selatan
  • Kasim Baba
  • Kasim Putus di Tengah Jalan
  • Keroncong Serenata
  • Lenggang Bandung
  • Melati di Tapal Batas (1947)
  • O Angin Sampaikan Salamku
  • O Kopral Jono
  • O Sarinah (1931)
  • Patah Cincin
  • Rayuan Pulau Kelapa
  • Rindu
  • Rindu Lukisan
  • Roselani
  • Sabda Alam
  • Sampul Surat (1943)
  • Saputangan dari Bandung Selatan
  • Sejuta Bintang
  • Selamat Datang Pahlawan Muda (1949)
  • Selendang Sutra
  • Sepasang Mata Bola (1946)
  • Setangkai Bunga Mawar (1943)
  • Sumbangsihku (1946)
  • Wanita

Source: Wikipedia dan berbagai sumber lainnya.

Facebook Comments

One thought on “Mengenang Ismail Marzuki (1914 – 1958)

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: