Profil Musisi: Teuku Furqan
by: Furqan Wahidin Adam
Gitaris kelahiran Banda Aceh 30 Mei 1992 ini awalnya adalah seorang bassist yang kemudian bertukar peran menjadi gitaris pada tahun 2009 dikarenakan bandnya saat itu yang membutuhkan seorang pemain gitar. Teuku Furqansyah, atau lebih dikenal sebagai Furqan mulai bermain musik bersama teman-teman SMA dengan membentuk sebuah band yang membawakan lagu-lagu dari band Second Civil dan J-Rocks. Mempelajari gitar secara otodidak, Furqan termotivasi oleh gitaris berkepala plontos Joe Satriani yang dikenalnya dari salah seorang temannya ketika sedang jamming di salah satu studio musik di Banda Aceh. Furqan sangat penasaran dengan pola permainan gitaris yang banyak menginspirasi gitaris-gitaris muda itu.
“Permainan teknik permainan gitar Joe Satriani itu enak didengar dan aku sangat penasaran dengannya! Akupun terus mempelajari teknik gitarnya sampai sekarang, yaaa kalau anak-anak zaman sekarang bilang sih kepo gitu aku! Hahaha!” tuturnya sembari tertawa.
Dari segi berpakaian dan performa di atas panggung gitaris ini banyak mendapat inspirasi dari salah satu gitaris band Rock Amerika asal California, Avenged Sevenfold yang dikenal dengan nama Zacky Vengeance dan gitaris Winery Dog yang juga pernah bergabung dengan Mr. Big yaitu Richie Kotzen. Memiliki aksi panggung yang sederhana akan tetapi tetap elegan serta interaktif ke penonton dan tetap memperlihatkan karakter mereka yang memang sangat menonjol.
Mahasiwa Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala yang aktif di band Inverno dan Horny Fever ini juga mengidolakan salah satu gitaris kebanggaan Indonesia Andra Ramadhan pentolan band Andra & The Backbone.
“Karyanya sudah dari tahun 90an tapi sampai sekarang karyanya masih enak untuk didengar, dengan teknik pentatonic yang gampang dicerna, namun sangat sulit untuk bisa menghasilkan karya-karya seperti itu!”
Bullet for My Valentine adalah band yang juga menjadi favorit ini dari dulu hingga kini.
Di tahun 2009 Furqan bergabung dengan band Rock Alternatif yang dikenal dengan nama Ethequete. Karya mereka berjudul “Hilang” yang bercerita tentang kehilangan secara lebih meyeluruh, seperti kehilangan teman, keluargan atau barang yang sangat kita cintai. Bersama Ethequete diapun telah banyak merengkuh prestasi seperti juara 1 di band kompetisi ”Artcoholic” dan juara 1 di kejuaraan band antar belajar seluruh Aceh.
Di awal tahun 2010 Furqan mencoba peruntungannya dengan membentuk band beraliran metalcore dan groove metal bernama “Begundal” terinspirasi dari band yang telah berhasil go international Burgerkill dan band asal Cleveland, Amerika Serikat bernama Chimaira. Band ini terpaksa bubar dikarenakan kesibukan masing-masing personilnya.
Seperti tidak jera diakhir tahun 2010 dirinya membentuk band bergenre metal bersama Teuku Mahlil yang juga berhasil menjuarai kompetisi-kompetisi band lainnya . Salah satu yang cukup membanggakan dirinya ialah Juara 1 di festival sepanggung dengan musisi Indonesia legendaris Iwan Fals. Band ini bernama Cancer Opera yang biasa meng-cover lagu-lagu dari August Burns Red dan Trivium.
Bersama Rommel (drum), Kibo (vocalis), Bogel (bass) dan Apeng (gitar), Furqan mengibarkan sayap dengan band yang mereka namai “Horny Fever”. Prestasi merekapun tidak sedikit, seperti menjadi Runner-up di “Hardrock Calling 2011” di Jakarta, atau menempati 5 besar “Planet Rox Goes to Canada 2012” serta beberapa event-event di Aceh dan sekitarnya.
Bersama Horny Fever, Furqan menciptakan beberapa lagu yang lumayan ngetop di kalangan pencinta musik di Aceh, seperti “Paradoks 178” yang menceritakan tentang paradigma diri kita sendiri dalam upaya melepaskan tetapi sangat ternyata sulit untuk bisa melepaskannya. Juga beberapa karya lainnya seperti “I’m not Loser”,”Aku bukan seorang pecundang”,”Evolution of Life”, Bored” dan ”Farewell Song”.
“Banyak pengalaman lucu dan berkesan bersama mereka seperti salah satu personil kami yang ketinggalan pesawat saat hendak pulang ke Banda Aceh dari Jakarta atau kecelakaan mobil yang nyaris saja kami keluar tol juga di Jakarta!” ceritanya mengenai suka duka Horny Fever menjadi finalis Hard Rock Calling 2012, sambil tersenyum.
Pada akhir tahun 2012, band rock Inverno merekrut Te, panggilan akrab lainnya, untuk menjadi gitaris mereka bersama gitaris lainnya, Teuku Aulia Rachman.
“Aku bangga bisa bergabung dengan Inverno, kapan lagi bisa belajar dengan salah satu musisi senior Aceh? Kesempatan ini aku gunakan sebaik-baiknya untuk bisa belajar dari mereka!” jjarnya penuh semangat.
Bersama Inverno yang digawangi oleh musisi senior Aceh Tedy Kelana dan Tebonk Muntazier, gitaris ini telah banyak bermain di konser-konser yang diselenggarakan di sekitar Aceh. Meramaikan pagelaran musik yang diselenggarakan oleh pemerintah dan juga menjadi band pembuka untuk musisi nasional yang konser di Aceh. Saat ini Inverno sedang melakukan proses rekaman dan mixing untuk album mereka.
Gitaris yang pernah bermain bersama Andy /rif berharap bisa terus berkembang dari segi apapun di dunia musik ini. Dia juga mengharapkan band di Aceh akan memiliki keanekaragaman yang lebih banyak dan persaingan sehat antara band harus terus dijaga. Band Aceh juga jangan terlalu cepat merasa puas dan terus gali potensi sebanyak-banyaknya.
“Buat apa jago? Kalau attitude ngga punya? Attitude yang baik bisa mengantarkan kesuksesan!” pesan dirinya mengakhiri cerita karirnya di dunia musik.
Pingback:Event: GMA Guitarist Day #4 - Blues Night Fever - acehmusician.org
wah sangat membantu sukses terus, makasih