Penuh Keharuan: GMA Drummers Day September 2012

 

 

Oleh: A. Mirza Safwandy | Xanta Fee | King of Fire| Moritza Thaher n Friends |

Setelah dikonsep selama sebulan, akhirnya GMA Drummers Day September 2012 bisa dilaksanakan. Project yang melibatkan partisipasi dari banyak musisi yang tergabung didalam GMA ini dilakukan secara sukarela, bahu-membahu dan tanpa pamrih.

GMA Drummers Day September 2012 merupakan sebuah bagian dari program GMA Serial. Kenapa namanya Serial? meminjam istilah “film serial”, program ini direncanakan akan dibuat secara kontinyu dan ber-seri. Serial lain yang sudah dilaksanakan adalah GMA Bassists Day August 2012, dan serial Guitarists Day akan dilaksanakan di bulan October 2012.

GMA Drummers Day September 2012 menampilkan drummer-drummer yang tergabung didalam Indonesian Drummers –  Aceh (IDA), dan dilaksanakan oleh gitaris-gitaris muda Aceh yang tergabung dalam sebuah komunitas yang bernama Forum Gitar Aceh. Ada sebuah kesepakatan yang dibuat antara gitaris dan drummer, untuk Drummers Day September 2012, gitaris akan bekerja untuk drummer. Sebagai gantinya, Guitarists Day October 2012 para drummer yang akan bekerja sebagai panitia. Sebuah kerja sama  mutual yang harus kita acungkan jempol bukan?

Gitaris yang tergabung didalam Forum Gitar Aceh mulai berkumpul di venue PentaSagoe Jambo Kupi Apa Kaoy pada jam 11 pagi, 22 September 2012. Dikomandani oleh Affandy Evandrean mereka mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan agar pementasan tersebut berlangsung sukses. Perlu pembaca mengetahui, acara GMA serial ini menggunakan sound dan instrument yang disumbang oleh anggota dan simpatisan.

Acara dimulai pada jam 9:00 malam, terlambat setengah jam dari yang direncanakan. Musisi senior Banda Aceh, kanda Moritza Thaher bertindak sebagai MC. Setelah pembacaan do’a oleh Ustad Afrizal, Drummer cilik Yafi n’ Friends membuka acara dengan lagu dari Peter Pan dan D’Massive. Sungguh luar biasa musisi cilik ini. Dengan ukuran tubuh yang sangat mungil, dia tidak terlihat  sulit memainkan drum yang  ukurannya “normal” untuk orang dewasa. Walaupun pemula, dia sangat bagus dalam menjaga Tempo dan melakukan fill in yang rumit. MC Moritza bertanya: “Yafi mulai bermain drum dari umur berapa?”

“Empat tahun.” jawab Yafi.

“Sekarang umurnya berapa?”

“Empat tahun.”

LUAR BIASA!

Drummer Seuramoe Reggae, Deddy Mulia kemudian muncul di panggung dan memainkan beberapa rhythm reggae. Dia menjelaskan bahwa ada 3 macam pukulan dasar reggae: One Drop, Steppers dan Rockers. Dia menjelaskan sambil memberi contoh-contoh, termasuk fill in yang lazim dipakai di musik reggae. MC Moritza turut membantu menjelaskan kepada penonton yang memberi pertanyaan mengenai note dan mood yang dipakai didalam musik reggae.

Penampilan berikutnya adalah Made in Percussions. Pemusik reggae ini membawa serombongan pemusik perkusi dan tiup, dengan tambahan master beatbox Banda Aceh, Afka. Kolaborasi yang sangat unik dan menarik. Terjadi solo yang bersahut-sahutan dari pemain konga, rapai, seurune kalee, djembe dan Afka sendiri, yang malam itu memainkan banyak alat musik dengan mulutnya: Bass, Drum dan mute trumpet.

Salah satu yang ditunggu malam itu adalah Drum Battle antara Teuku Rommel (Horny Fever) versus Emrin Stein (Psychoholic). Dengan dibantu oleh Tebonk (bass, Inverno) dan Teuku Furqan (gitar, Horny Fever), mereka memodifikasi lagu Edane yang berjudul Living Dead dengan memasukkan solo drum yang menarik dan ganas. Sayangnya, terjadi insiden matinya arus listrik sebanyak 4 kali ketika battle ini berlangsung. Setelah selesai atraksi mereka, MC Moritza Thaher bertanya: “Bagaimana rasanya memainkan satu lagu yang sama sebanyak 4 kali dalam suatu konser?”

“Luar biasa!” jawab Emrin Stein.

“Seperti mengalami dejavu!” kata Tebonk sambil tertawa.

Setelah drum battle Rommel vs Emrin, muncul di panggung headliner yang ke 2, Teuku Mahlil. Drummer yang selesai acara ini akan berangkat ke Jepang untuk mengambil program master Teknik Sipil di Toyohashi University of Technology didampingi oleh band-nya From Yesterday, dengan Wahyu Bachtiar di gitar dan Fredrick Fernando di bass. Mereka menampilkan sebuah komposisi fusion jazz-rock yang kental. Tampak Wahyu memainkan permainan gitar ala Scott Henderson dan Alan Holdsworth. Mahlil mengeluarkan kemampuannya memainkan rhythm yang rumit, dengan bumbu solo drum yang tak kalah sulitnya. Selesai lagu pertama, Mahlil melanjutkan dengan solo drum tanpa didampingi band-nya. Ketika Mahlil sedang asyik dengan solo-nya, tiba-tiba dari belakang panggung Wahyu muncul dengan membawa sebuah kue tar lengkap dengan lilin yang menyala. Olala, ternyata hari itu 22 September adalah hari ulang tahun Mahlil. Beberapa penonton menyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun, dan beberapa rekan musisi naik ke atas panggung untuk memberikan selamat. Terlihat mata Mahlil berkaca-kaca terharu. MC Moritza memberikan microphone dan memintanya untuk memberikan sepatah kata.

“Malam ini sangat spesial bagi saya! Sebuah farewell gig dan juga teman-teman merayakan ulang tahun saya. I’m surprised! Terima kasih teman-teman!”

Penampilan berikutnya adalah drum battle antara Teuku “Deden Kecil” Nazar versus Harry “Justin Usman” Jingkrak. Battle yang sangat mengesankan, Harry dan Deden melakukan trading four dengan penuh semangat. Berbagai rudiment dikombinasikan oleh Deden, yang juga dikenal sebagai salah satu inisiator  Indonesian Drummers – Aceh. Harry pun tidak kalah seru, rudiment dilakukan dengan kaki-kakinya yang memang besar dan kokoh. Harry yang terkenal sangat lucu dalam pergaulan sehari-hari, ternyata sangat serius kalau sedang memainkan drum.

MC Moritza pun berkesempatan memberi beberapa pertanyaan untuk Deden mengenai Indonesia Drummers – Aceh.

“Komunitas ini digagas agar para drummer bisa berkumpul dan sharing!” jawab Deden malu-malu.

Selesai Deden vs Harry, muncullah dipanggung headliner ke 3 Gusty Portnoy. Dia membawakan lagu Dream Theater secara minus one. Terlihat skill komplit yang dimilikinya membuat Gusty bisa memainkan lagu tersebut dengan sangat tenang dan nyaman. Drummer masa depan Aceh ini menampilkan juga beberapa gimmick yang sangat menarik.

MC Moritza menceritakan kepada penonton bahwa semua musisi umumnya cerdas karena mampu memainkan musik yang kompleks, dan mempunyai kemampuan menghapal yang baik. Beliau memuji kemampuan akademik Gusty yang ternyata mempunyai IPK 3,5 di kampus nya. Tapi apabila ada musisi yang jeblok prestasinya secara akademik, itu bukan karena bodoh, tapi karena malas. Untuk itu musisi tidak boleh malas dalam menuntut ilmu. Pesan bijak ini disambut dengan tepuk tangan dari penonton.

MC Moritza juga memberi beberapa humor yang berhubungan dengan musisi Banda Aceh, salah satunya apabila dia berjumpa dengan Tebonk, Tebonk akan memulai menyapa dengan “BANG!” dan Bang Momo menjawab dengan secepat kilat: “BONK!”. Penonton pun tergelak mendengar cerita-cerita tersebut.

Penampilan terakhir adalah Drum Battle antara Mirza Fahmi versus Iqbal Bieber. Sebuah battle yang unik karena terjadi battle antara Mirza yang membawakan funk dan Iqbal yang memainkan metal drumming. Mirza mulai memaikan beberapa solo dengan rudiment-rudiment untuk tangan yang sudah dipersiapkan dengan baik. Lawannya pun tak mau kalah, Iqbal unjuk gigi dengan memainkan rhythm double bass yang unik.

MC Moritza naik ke atas panggung dan mengatakan bahwa pertunjukan sudah selesai. Tapi beberapa penonton meminta encore, dan berteriak “Ketua GMA main dulu!”.

Ketua GMA T. Mahfud naik ke atas panggung dan memulai solo drum dengan rhythm four on the floor. Tiba-tiba di drum yang satu lagi telah naik Mahlil dan mulai menimpali dengan solo-solonya. The Sibling Drum Battle ini ditutup dengan keduanya berpelukan dan penonton memberi applause yang meriah.

Usai sudah GMA Drummers Day September 2012. Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, diharapkan acara-acara GMA Serial bisa memberikan alternative hiburan bagi masyarakat, yaitu sesuai dengan cita-cita GMA, musisi tidak hanya memberi hiburan tapi juga harus bisa memberikan edukasi. Terima kasih kepada para sponsor dan simpatisan yang sangat membantu malam itu: Bapak Fadhil Amin dari FAM Studio, Bapak Robin dari Tango Musik, Bapak Nurlis dari Atjehpostcom dan Atjeh Times, Bapak Moritza Thaher dari Sekolah Musik Moritza, Bapak Reza Fahlevi dari Ipunk Production, Bapak Aan dari Percetakan Asyraf, Bapak Mahfud Luftan dari Aceh Media Kreasindo, Bapak Mirza Ferdian dari Gen-K Aceh, Bapak MY Bombang dari Jambo Kupi Apa Kaoy, Bapak Afrizal, Bapak Jamal Taloe dan rekan-rekan GMA yang sangat membantu acara ini; para Jurnalis yang sabar dan setia meliput: Muhajir Abdul Aziz dan Khairi Tuah Miko; Forum Gitaris Aceh; Indonesian Drummers – Aceh; para musisi dan penonton yang memberi atmosfir yang sangat keren di Jambo Kupi Apa Kaoy.

Sampai jumpa di GMA Drummers Day December 2012!

 

Related

 

Facebook Comments

9 thoughts on “Penuh Keharuan: GMA Drummers Day September 2012

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.