Album Review: Jake Bugg’s Shangri La
by Muzy Ozymorey*
Rising star bernama asli Jake Edwin Charles Kennedy, kelahiran 20 tahun silam asal Nottingham Inggris, patut diperhitungkan di industri musik dunia dewasa ini. Selain masih muda, musisi multi instrumentalis ini sangat berbakat dalam menulis lagu yang spontan, kritis dan imajinatif serta di padu dengan musik yang unik dan jujur apa adanya.
Di album kedua yang diberi judul Shangri La, yang tak lain adalah nama studio tempat direkamnya album ini, Jake Bugg dibantu beberapa musisi ternama dunia seperti Pete Thomas (drummer Elvis Costello), dan Matt Sweeney (gitaris, vokalis dan produser) yang telah banyak menggarap album musisi top dunia. Album ini diproduksi oleh produser kelas wahid Rick Rubin, yang konon katanya sangat getol untuk bisa memproduseri Jake Bugg, yang oleh kalangan kritikus musik disebut sebagai penerus Bob Dylan di masa mendatang.
Di album ini Jake Bugg mencoba melebur musik folk dan country, yang dibalut dengan nuansa Rock & Roll yang manis. Tak lupa hadir karakter yang sangat bercirikan “Jake Bugg” seperti di track “Slumville Sunrise” dan “What doesn’t kill You”, atau di track “Me and You” yang dibalut dengan musik ballad country yang dinamis serta lirik yang puitis nan dalam. Lihat saja penggalan liriknya:
there are too many flashes and gordons around me,
There’s so little time and places to see,
and we can’t wait so patiently,
no they won’t catch you and me
Menariknya, muncul nama Iain Archer sebagai co-writter di hampir semua track yang ditulis oleh Jake Bugg. Seperti di lagu “There’s a Beast and We All Feed it”, “Slumville Sunrise” dan beberapa lainnya. Archer adalah produser dan musisi Inggris terkenal yang ikut memproduseri album pertama “Jake Bugg” dan ikut menulis beberapa lagu di album yang beredar pada tahun 2012 yang lalu. Bugg dan Archer adalah pasangan yang sangat “mematikan”!
Over all, keseluruhan lagu yang berjumlah 14 ini sudah komplit menceritakan hampir semua pengalaman pribadi Jake Bugg. Terbukti dengan penggambaran objek cerita yang aneh seperti di lagu “Kitchen Table” atau “Pine Tress” atau di track lainnya yang mungkin anda bisa ikutan menerkanya.
Album ini belum sepenuhnya pembuktian idealisme murni seorang Jake Bugg yang saya rasa mungkin masih terlalu muda untuk hal itu. Tetapi arahan konsep musikal yang disuguhi oleh Rick Rubin dan kawan-kawannya (Iain Archer, Matt Sweeney) cukup membuat penggemar The Beatles, Oasis, Donovan, Johnny Cash, Neil Young dan Nick Drake ini puas, dan pendengarnya juga tidak terlalu harus mengenyitkan kening terlalu dalam.
Di tutup dengan track “Storm Passes Away”, kita seperti diajak untuk sejenak berfikir lagi, bahwa Jake Bugg punya senjata mematikan untuk membius wanita dengan liriknya yang dalam itu.
Album ini sangat layak di koleksi terlebih bagi pendengar yang suka menikmati lirik-lirik “dalam” nan indah yang dibalut nuansa folk serta rock and roll yang kental.
Selamat menikmati, Cheers!
* Muzy Ozymorey adalah musikus asal Aceh, berdomisili di Batavia.
Follow akun twitter @muzyozymorey untuk berbincang-bincang dengannya.
Detail album dapat dilihat di artikel ini: Jake Bugg’s Shangri La
Pingback:Jake Bugg's Shangri La - acehmusician.org